Hujan Ekstrem Bakal Terjadi di Jawa Barat hingga 7 Februari, BMKG Beri Peringatan

Senin 03 Feb 2025, 21:25 WIB
Sejumlah kendaraan menerobos hujan di kawasan Flyover Slipi, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (24/9/2024). BMKG beri peringatan pada Jawa Barat terkait adanya potensi hujan ekstrem. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Sejumlah kendaraan menerobos hujan di kawasan Flyover Slipi, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (24/9/2024). BMKG beri peringatan pada Jawa Barat terkait adanya potensi hujan ekstrem. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Selain itu, BMKG juga memantau munculnya sejumlah bibit siklon seperti 90S di Selatan NTT-NTB, 96P di Teluk Karpentaria Papua, dan yang paling dekat Jawa Barat adalah 99S di Selatan Banten.

"Ini kalau saya sebutkan adalah 'pemain baru' selain kondisi yang kita alami beberapa hari terakhir," jelas Dwikorta.

Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Potensi Banjir Rob di Sejumlah Wilayah

Karena keberadaan bibit siklon tropis ini, BMKG mengingatkan adanya potensi hujan dengan intensitas lebat yang dapat berkembang menjadi sangat lebat dan ekstrem di sejumlah daerah.

Dan untuk daerah yang berpotensi mengalami hujan ekstrem antara lain Papua, NTT, NTB, Bali, Jatim, Jateng, DIY, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Maluku Utara, sampai Jawa Barat dan Jambi.

"Nah, selain peningkatan curah hujan yang dapat mencapai sangat lebat dan dimungkinkan menjadi ekstrem, juga perlu diantisipasi angin kencang dan juga gelombang yang dapat mencapai 2,5 meter hingga 4 meter di perairan Samudera Hindia dari Bengkulu hingga NTT (termasuk Jabar)," terangnya.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau pemerintah daerah hingga pihak terkait untuk bersiap-siap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir bandang hingga tanah longsor.

Baca Juga: Prediksi Curah Hujan Tinggi di Akhir Desember, BMKG Sebut Banjir Besar di Jakarta Berpotensi Kembali Terjadi

Kemudian, masyarakat juga perlu melakukan mitigasi dengan mengenali cuaca dengan baik dan bagaimana mengenali lingkungan tempat tinggal untuk menghadapinya.

Contohnya saat melihat di hulu awan gelap, segera menjauh dari bantaran sungai beberapa kilometer. Kemudian jika terjadi hujan, maka harus menjauh dari lereng.

"Karena dengan mengenali dua hal itu, itu merupakan hampir 75 persen lebih sebagai usaha untuk mitigasi bencana hidrometeorologi basah," tambah Dwikorita.

Berita Terkait

News Update