Neraca perdagangan, yaitu selisih antara nilai ekspor dan impor suatu negara, juga memengaruhi nilai tukar mata uang. Surplus perdagangan, di mana nilai ekspor lebih besar dari impor, akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut.
Pasalnya, pihak asing membutuhkan mata uang tersebut untuk membeli barang-barang ekspor negara tersebut. Kondisi ini akan berujung pada penguatan nilai tukar mata uang.
5. Spekulasi
Spekulasi dalam pasar valuta asing adalah aktivitas jual beli mata uang dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari perubahan nilai tukar di masa depan.
Jika banyak spekulan yang memprediksi nilai suatu mata uang akan meningkat, mereka akan berbondong-bondong membeli mata uang tersebut. Peningkatan permintaan ini akan mendorong nilai mata uang tersebut naik, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.
6. Kebijakan Pemerintah dan Bank Sentral
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral, seperti kebijakan moneter dan fiskal, memiliki pengaruh terhadap nilai tukar mata uang. Sebagai contoh, kebijakan bank sentral untuk menurunkan suku bunga dapat melemahkan nilai mata uang negara tersebut.
7. Faktor Geopolitik
Peristiwa geopolitik, seperti perang, konflik, atau ketidakstabilan politik, dapat memicu gejolak nilai tukar mata uang.
Saat perang terjadi di suatu negara, investor cenderung menarik modal mereka keluar dari negara tersebut. Hal ini menyebabkan nilai mata uang negara tersebut melemah drastis.