Nestapa Pengungsi Korban Banjir Cilincing, Tidur Berdesakan Tanpa Ventilasi hingga Kelaparan

Jumat 31 Jan 2025, 10:22 WIB
Warga pengungsi korban banjir memilih ruang peti kemas yang kosong sebagai tempat pengungsian sementara di Depo Kontainer BCC 1, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Kamis, 30 Januari 2025. (Sumber: Poskota/ Angga Pahlevi)

Warga pengungsi korban banjir memilih ruang peti kemas yang kosong sebagai tempat pengungsian sementara di Depo Kontainer BCC 1, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Kamis, 30 Januari 2025. (Sumber: Poskota/ Angga Pahlevi)

Situasi ini membuat para pengungsi harus bertahan dengan apa yang tersisa. Beberapa dari mereka masih memiliki sisa makanan dari bantuan lain, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk semua. Banyak yang terpaksa menahan lapar sambil menunggu kiriman nasi kotak yang sering datang terlambat. "Kalau sudah sangat lapar, ya makan seadanya dulu. Kadang masih ada sisa makanan dari bantuan sebelumnya, tapi kalau habis, ya mau tidak mau harus menunggu," tuturnya.

Tak hanya soal makanan, para pengungsi juga menghadapi kendala lain, seperti minimnya penerangan serta ketiadaan kamar mandi portabel. Untuk mandi dan buang air, mereka harus menumpang di rumah warga sekitar atau berjalan kaki sejauh 200 meter ke masjid terdekat.

Saripah berharap pemerintah lebih sigap dalam menangani kondisi para pengungsi, terutama dalam memastikan makanan tiba tepat waktu. Beberapa warga bahkan memilih tetap tinggal di rumah mereka yang masih terendam air setinggi betis. Karena khawatir jika kembali ke pengungsian mereka harus berjuang melawan kelaparan. Hingga kini, kelaparan masih menjadi ancaman bagi mereka, dan hanya bisa berharap pada bantuan yang datang entah kapan.

Di tengah suasana pengungsian yang penuh keterbatasan, Ketua Posyandu Anggrek 4, Alfian, hanya bisa menghela napas. Di usianya yang sudah 55 tahun, ia melihat bagaimana para korban banjir harus bertahan dengan segala kekurangan. Salah satu yang paling dikhawatirkannya adalah makanan bagi balita. "Awalnya ada bantuan satu dus biskuit untuk balita. Tapi sekarang sudah habis, tidak ada lagi," ujarnya.

Di tempat penampungan peti kemas, dia mengatakan, warga sering mengeluhkan keterlambatan makanan. Makan siang baru tiba sekitar pukul 15.00 WIB. Sementara makan malam harus ditunggu hingga hampir tengah malam. "Untuk makan siang baru dapat jam 15.00 WIB, dan makan malam pukul 23.00 WIB," katanya.

Dengan segala keterbatasan ini, Alfian berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib para korban, terutama balita. Baik yang sudah terdata maupun yang belum, mereka semua berhak mendapatkan perhatian. "Semoga kebutuhan mereka bisa segera terpenuhi," tuturnya penuh harap.

Bantuan Rp2 miliar

Kementerian Sosial (Kemensos) RI mengalokasikan anggaran sebesar Rp2 miliar untuk membantu para korban banjir di Jakarta. Bantuan ini diberikan dalam bentuk berbagai kebutuhan pokok guna meringankan beban para pengungsi.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyatakan bahwa Kemensos berupaya mendukung penanganan korban banjir di berbagai tempat pengungsian. Dana tersebut digunakan untuk menyediakan berbagai kebutuhan dasar bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda), Pemerintah Kota (Pemkot), dan Suku Dinas Sosial (Sudinsos).

"Anggaran lebih dari Rp 2 miliar ini dialokasikan untuk berbagai bentuk dukungan bagi korban banjir di seluruh Jakarta. Kami juga telah berkoordinasi dengan Pemda, Pemkot, dan Sudinsos untuk bersama-sama mengatasi dampak banjir ini," ujar Saifullah saat meninjau lokasi pengungsian di Rusunawa Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis, 30 Januari 2025.

Saifullah memastikan kebutuhan dasar korban banjir dipenuhi. "Tadi kami tinjau, dapur umum sudah tersedia. Intinya, semua pengungsi akan dilayani dengan baik, dan kami memastikan seluruh kebutuhan dasar mereka tercukupi," katanya.

Dalam setiap bencana, lanjut Saifullah, Kemensos bersama Pemda selalu menyediakan tempat pengungsian serta mendukung kebutuhan dasar bagi para korban. Hingga saat ini, masih ada tiga wilayah di DKI Jakarta yang terendam banjir, yakni Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat. Untuk menangani kondisi ini, pemerintah telah mendirikan dapur umum di berbagai titik.

"Ada lima dapur umum, salah satunya berada di Jakarta Utara, yang melayani baik pengungsi mandiri maupun mereka yang tinggal di tempat pengungsian resmi," ungkapnya.

Berita Terkait

News Update