Nasib Korban Kebakaran Kemayoran: Rumah Nenek Supiah Porak-Poranda Dilalap Bara

Sabtu 25 Jan 2025, 10:50 WIB
Nenek Supiah berada di tenda pengungsian di Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Januari 2025. Supiah adalah salah satu korban kebakaran di Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 21 Januari 2025. (Sumber: Poskota/ Angga Pahlevi)

Nenek Supiah berada di tenda pengungsian di Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Januari 2025. Supiah adalah salah satu korban kebakaran di Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 21 Januari 2025. (Sumber: Poskota/ Angga Pahlevi)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Supiah, 60 tahun, bersama anak dan dua cucunya, menatap kosong puing-puing rumah yang telah hancur akibat kebakaran hebat yang melanda wilayah Kelurahan Kebon Kosong, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Timur. Dalam sekejap, rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung sekaligus tempat mencari rezeki, rata menjadi abu.

Kebakaran yang terjadi pada Selasa (21/1) dini hari itu melumat ratusan rumah yang berada di tiga RT, yakni RT 1, RT 2, dan RT 3, RW 4. "Kebakaran ini seperti mimpi buruk. Api yang sangat besar langsung merembet ke rumah kami dan rumah-rumah tetangga," ujar Supiah saat ditemui di tenda pengungsian yang didirikan oleh BPBD di pinggir Jalan Kemayoran, belakang Polres Metro Jakarta Pusat, Kamis, 23 Januari 2025.

Tidak ada satu pun barang yang bisa diselamatkan saat api membakar habis rumah yang telah ditempati Supiah bersama keluarganya selama 20 tahun tersebut. "Selain menjadi tempat tinggal, rumah ini juga digunakan untuk berdagang nasi rames guna memenuhi kebutuhan hidup kami," katanya.

Kini, Supiah dan keluarganya hidup di tenda pengungsian, bersama dengan para korban kebakaran lainnya. Suaminya, M. Sidik, 60 tahun, yang sudah lama tidak bekerja, sehari-hari mengandalkan hasil jualan nasi rames untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang tinggal berlima.

Supiah tidak menyangka api yang awalnya terlihat jauh di tengah RT 1 bisa merembet hingga ke rumahnya yang berada di RT 2 dan RT 3. "Awalnya saya pikir api masih jauh, karena asalnya ada di tengah. Tapi tidak disangka, api bisa merembet hingga melewati dua RT sekaligus," ucapnya.

Barang-barang berharga seperti sepeda motor, dokumen, ijazah, dan surat-surat penting lainnya tak dapat diselamatkan dari kebakaran tersebut. "Yang tersisa hanya pakaian daster yang melekat di tubuh kami. Tapi alhamdulillah, kami masih selamat dan bisa berkumpul bersama," tuturnya.

Sudah empat hari sejak kebakaran, Supiah dan keluarga tinggal di tenda yang penuh sesak dengan para korban lainnya. "Untuk kebutuhan sandang dan pangan di tenda, alhamdulillah tercukupi. Namun, untuk perlengkapan mandi, seperti sabun, handuk, dan pakaian dalam, kami tidak kebagian. Hanya korban dari RT 3 yang mendapatkannya," kata dia.

Supiah berharap pemerintah dapat memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah yang telah terbakar. "Satu rumah ditempati oleh tiga kepala keluarga. Rumah yang terbakar memiliki ukuran 12x4 meter dan ada dua bangunan. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membangun kembali rumah yang terbakar," ujar Supiah dengan harapan besar.

Jika pemerintah memutuskan untuk memindahkan para korban ke rumah susun (rusun), Supiah mengaku siap menerima, namun dengan satu syarat yaitu terkait batas waktu selama tinggal di sana.

"Kami sudah kehilangan semuanya. Harta benda kami ludes terbakar. Paling tidak, jika kami dipindahkan ke rusun, pemerintah bisa memberi kami batas waktu tinggal di sana hingga rumah bisa dibangun kembali," katanya.

Berita Terkait
News Update