PURWAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Produsen dodol China di Kampung Pecinan, Kelurahan Nagri Kaler, Kabupaten Purwakarta, tetap memproduksi kue saat harga bahan baku mahal.
Hayati, perajin dodol China keturunan Tionghoa mengatakan, sulit mencari keuntungan dari berjualan kue ini. Dalam usahanya ini, ia hanya ingin mempertahankan tradisi leluhur sebelum Hari Raya Imlek 2025.
"Saya kira sekarang sudah tidak lagi memikirkan untung, namun lebih kepada mempertahankan tradisi leluhur agar bisa melayani pelanggan memasuki Imlek 2025," kata Hayati yang sudah puluhan tahun menggeluti pembuatan dodol China, Kamis, 23 Januari 2025.
Hayati mengungkapkan, produksi kue keranjang atau akrab disebut dodol China kali ini berkurang sebesar 20 persen. Selain daya beli masyarakat rendah, bahan baku pembuatan kue juga semakin mahal.
Baca Juga: Ribuan Jemaat Diprediksi Ramaikan Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi saat Imlek 2025
"Penurunan ini dipengaruhi karena ekonomi belum stabil. Daya beli masyarakat rendah, bagi produsen juga terbebani bahan baku mahal," ujarnya.
Kue keranjang atau akrab disebut dodol China buatan Hayati, sudah dikenal masyarakat Cikampek, Karawang, hingga Bandung.
"Selain memenuhi kebutuhan masyarakat Purwakarta, kue keranjang produk sini juga diminati oleh masyarakat luar seperti Cikampek dan Bandung," ungkapnya.
Hayati memaparkan, dodol China diproduksi dengan menggunakan bahan baku berupa 100 kilogram tepung ketan dan 27 kilogram gula putih.
Baca Juga: Bank Mandiri Ajak Nasabah dan Mitra Rayakan Imlek di Tahun Naga Kayu
Bahan-bahan tersebut dijadikan adonan dodol China. Adonan kemudian dicetak berbentuk bulat berwarna cokelat, lalu dijual seharga Rp50 ribu per kilogram.