Presiden Prabowo Subianto mengatakan pemerintah saat ini tengah gencar membidik sumber daya manusia yang unggul dari generasi muda yang memiliki kecerdasan dan rasa nasionalisme tinggi untuk memenuhi realisasi program prioritas sejalan dengan visi Astacita.
Kita siapkan anak-anak muda yang pintar-pintar. Yang pintar otak, hatinya bersih. jangan pintar otak, hatinya nggak bersih, bahaya itu. Kita mau anak-anak muda yang pintar, hatinya merah putih, kata Prabowo di acara Musyawarah Nasional (Munas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta Selatan, Kamis.
“Setuju Pak Prabowo, orang pintar hatinya tidak bersih akan berbahaya karena bisa menggunakan kepintarannya dengan tujuan tidak benar,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Bisa juga karena kepintarannya, kemudian minteri (bahasa Jawa artinya menjadi sok pintar),” tambah Yudi.
“Jadi ingat pepatah Jawa yang acap menjadi pegangan orang-orang bijak. Lamun sira sekti, ojo mateni- meski kamu sakti, jangan sesekali menjatuhkan. Lamun sira banter, ojo ndisiki -meski kamu cepat, jangan selalu mendahului. Lamun sira pinter, ojo minteri-meski kamu pintar jangan menjadi sok pintar,” kata Heri.
“Karenanya yang dibutuhkan negara saat ini adalah sosok yang pintar dan benar.Sebab, tidak semua orang pintar adalah benar dan tidak semua orang yang benar adalah pintar,” kata mas Bro.
“Betul juga Bro. Akeh wong pinter ning ora bener – banyak orang pintar, cerdas, tetapi tidak benar – lurus. Lan, akeh wong bener senajan ora pinter- dan banyak orang yang benar- lurus, meski dia tidak tergolong orang pintar,” kata Heri.
“Jadi pilih yang mana, menjadi orang pintar , tetapi tidak benar? atau menjadi orang benar, meski tidak pintar,” tanya Yudi.
“Mending menjadi orang yang benar, meski tidak pintar seperti saya ini,” kata Heri.
“Akan lebih bagus, menjadi orang pintar dan benar, lurus hati, bersih hati dan kaya hati,” kata mas Bro.
“Persoalnnya mencari orang pintar dan benar, tidak semudah mencari orang yang pintar,” kata Heri.