POSKOTA.CO.ID - Dalam menentukan awal Ramadhan 1446 Hijriah dan Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah Muhammadiyah memakai metode full hisab atau perhitungan astronomis dengan kondisi hilal atau bulan baru yang berada di bawah kriteria Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Seperti diketahui, secara resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H/2025 M.
Dalam hal ini 1 Ramadhan 1446 H akan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025 mendatang. Sedangkan, lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1446 H akan jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025.
Penetapan tersebut tertuang dalam Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Dikutip dari laman Muhammadiyah, Pengurus Pusat Muhammadiyah menjelaskan penetapan ini berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.
Baca Juga: Muhammadiyah Sudah Tetapkan 1 Ramadhan Jatuh 1 Maret 2025 dan Lebaran Idul Fitri
Hasil hitungan (hisab) menunjukkan tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta pada 10 Maret yakni (¢ = -07° 48' LS dan l= 110° 21' BT ) = +00° 56' 28''. Artinya, kata Muhammadiyah, hilal sudah wujud.
Kriteria wujudul hilal
Dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal, Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal.
Melansir situs resminya, Muhammadiyah hisab hakiki berarti "Mengacu pada gerak faktual Bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah (berbasis peredaran Bulan) berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan Bulan benda langit tersebut."
Metode tersebut digunakan karena perhitungan yang dilakukan terhadap peredaran Bulan dan Matahari menurut hisab ini harus "sebenar-benarnya dan setepat-tepatnya berdasarkan kondisi Bulan dan Matahari pada saat itu."
Sementara, kriteria hisab hakiki yang digunakan Muhammadiyah adalah wujudul hilal. Dalam kriteria tersebut, "Matahari terbenam lebih dahulu daripada Bulan meskipun hanya berjarak satu menit atau kurang."
Selain itu, Muhammadiyah mendasarkan ide tersebut berasal dari pakar falak Muhammadiyah Wardan Diponingrat. Dasarnya, QS. Yasin ayat 39-40 dan juga hadis serta konsep fikih lainnya dibantu ilmu astronomi.
Hisab hakiki wujudul hilal sendiri memiliki beberapa syarat. Pedoman Hisab Muhammadiyah menjelaskan bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat Matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif yakni:
(1) telah terjadi ijtimak (konjungsi, satu putaran penuh Bulan mengelilingi Bumi);
(2) ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam;
(3) pada saat Matahari terbenam, Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.
"Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka Bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa," jelas Muhammadiyah.
Bagi Muhammadiyah, ufuk menjadi garis penentu munculnya Bulan baru. Jika saat terbenam Matahari, Bulan telah mendahului Matahari dalam gerak mereka dari barat ke timur, artinya saat Matahari terbenam Bulan berada di atas ufuk "maka itu menandai dimulainya bulan kamariah baru."
Namun, jika Bulan belum dapat mendahului Matahari saat gurub (Bulan berada di bawah ufuk saat Matahari tenggelam), "Maka bulan kamariah baru belum mulai; malam itu dan keesokan harinya masih merupakan hari dari bulan kamariah berjalan."