POSKOTA.CO.ID - KOBARAN api yang makin besar membuat Thyi Bie Tjan, 70 tahun rela kembali ke lantai dua rumah. Padahal saat itu, ia sudah berada di lantai bawah dan tinggal selangkah untuk menyelamatkan diri.
Thyi justru memilih kembali masuk ke rumah dan naik ke lantai dua untuk menyelamatkan istrinya, Tjong Lili, 65 tahun yang tengah terjebak api. Rumah pasangan lanjut usia (lansia) di Jalan Letjen Suprapto RT 001 RW 009, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat itu terbakar pada Senin dini hari, 31 Desember 2024.
Dua orang lansia itu dinyatakan meninggal dunia karena terpanggang api. Di balik kobaran api yang melanda rumah mereka, terdapat sepotong kisah haru yang menyayat hati, terutama ihwal kasih sayang pasangan suami istri tersebut.
Meski tewas hangus terbakar, nama mereka harum di mata masyarakat sekitar. Pasangan tersebut dikenal ramah dan aktif dalam bermasyarakat.
Baca Juga: Ini Kronologi Kebakaran Rumah di Senen Jakarta Pusat, 2 Orang Lansia Tewas
"Jasadnya ditemukan terpisah di dalam rumah," ujar Ketua RT 001 RW 09, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, M Satiri, kepada Poskota di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Satiri menjelaskan, korban khususnya Thyi Bie Tjan adalah sosok yang sangat baik di mata masyarakat. "Engkoh (panggilan akrab untuk Thyi Bie Tjan) sosialisasi di lingkungan cukup tinggi. Suka membantu warga dan kegiatan lingkungan di sini selalu dibantu," katanya.
Selain itu, Thyi yang juga seorang mualaf ini juga rajin salat berjamaah di masjid bersama warga. "Sering ikut salat berjamaah di masjid. Saat Jumatan juga tidak pernah absen selalu ikut juga di masjid yang ada di lingkungan," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Satiri juga mengungkap awal mula terjadinya kebakaran. Kobaran api itu bermula dari kios warteg milik Agus. Saat itu Agus ada di dapur hendak memasak lalu melihat ada api.
Baca Juga: 2 Lansia di Senen Tewas Terjebak Kebakaran, Diduga Korsleting Listrik dari Warteg
"Pengakuannya berasal dari korsleting listrik. Api cepat menyambar ke sebelah bangunan hingga melumat rumah korban usaha bakmi 69, kios usaha terpal milik Muamar, dan percetakan sablon milik Efi Chan, semua ludes terbakar," ungkap Satiri.
Saat kejadian sekitar pukul 04.20 WIB, asisten rumah tangga (ART) untuk pasangan lansia tersebut, Suparti, 50 tahun, sempat berusaha menolong Thyi untuk keluar dari rumah yang sudah terbakar itu. Namun Thyi menolak pergi keluar rumah. Ia lebih memikirkan sang kekasih yang telah mendampinginya selama berpuluh-puluh tahun.
"Tapi engkoh malah menolak, dan berusaha menolong istrinya yang ada di lantai dua. (Padahal) engkoh ini sudah ada di lantai bawah rumah saat kejadian. Tapi malah naik tangga ke atas, lantai dua, untuk menyelamatkan istrinya," jelas Satiri.
Alhasil, saksi ART Suparti berhasil selamat. Lain nasib dengan engkoh dan enci, yang tidak tertolong karena tewas terpanggang terjebak kepungan api yang sudah besar.
Baca Juga: Kebakaran Menteng, 15 Rumah Ludes dan 87 Jiwa Terdampak
Jasad kedua korban baru ketahuan setelah hangus menjadi arang dan api dapat dipadamkan oleh petugas Damkar Jakarta Pusat. Dua jenazah itu langsung dievakuasi ke RS Cipto oleh petugas Damkar. Saat kejadian, di dalam rumah hanya ada tiga orang, yaitu pasutri yang tewas dan seorang ART.
"Antisipasi penjarahan puing-puing bangunan sisa kebakaran oleh para pemulung, sama tim dari kelurahan akan dipasang seng untuk menutup sekitar lokasi kejadian," tambah Satiri.
Berdasarkan pantauan Poskota dari lokasi kejadian, tampak sisa-sisa puing bangunan yang terbakar sebagian sudah rata dengan tanah. Bangunan rumah itu seolah remuk dimakan api. Bangunan permanen yang berada di jalan utama tersebut masih terpasang garis polisi.
Kasudin Gulkarmat Jakarta Pusat, Asril Rizal mengatakan, dua jenazah korban ditemukan petugas di tempat berbeda. Korban pria dan wanita lansia itu ditemukan di lantai dasar. Saat itu petugas menerima laporan warga bahwa telah terjadi kebakaran.
"Objek yang terbakar bangunan rumah. Total pengerahan 20 unit dengan 100 personel. Api dapat dipadamkan sekitar pukul 07.30 WIB," katanya.
Kesulitan anggota dalam proses pemadaman api, lanjut Asril, yaitu jauh dari sumber air. "Proses pemadaman agak memakan waktu lama karena hambatan sumber air yang jauh," ungkapnya.
Adapun penyebab kebakaran, menurut Rizal, diduga masalah korsleting listrik dari warung makan warteg yang mengeluarkan percikan api. "Saat sedang masak, pemilik warteg Pak Agus melihat percikan api di dapur. Panik meminta bantuan ke perangkat lingkungan RT, api sudah membesar dan melalap tiga bangunan rumah usaha sebelahnya," ungkap Asril.
Area yang terbakar luasnya 10 kali 22 meter persegi, dengan jumlah tiga keluarga dan delapan jiwa berhasil diselamatkan. "Untuk kedua korban yang tewas terjebak di dalam rumah. Sudah dievakuasi petugas dibawa ke Palang Hitam. Selanjutnya kasus ini kita serahkan ke pihak kepolisian," katanya.