Sebaliknya, pola pikir miskin sering kali didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan sesuatu dengan harga murah tanpa mempertimbangkan nilai atau manfaat jangka panjang. Hal ini menjadi penghalang dalam menciptakan kekayaan.
Dampak Inflasi dan Pencetakan Uang
Inflasi adalah salah satu alasan utama mengapa orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin semakin kesulitan.
Ketika pemerintah mencetak uang dalam jumlah besar, nilai mata uang turun. Akibatnya, harga barang kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar naik.
Namun, orang kaya memanfaatkan situasi ini dengan memiliki aset yang nilainya meningkat seiring inflasi, seperti properti, emas, atau bisnis produktif.
BACA JUGA:
Hukum Gresham: Uang Buruk Menggeser Uang Baik
Hukum Gresham menyatakan bahwa "uang buruk akan menggeser uang baik." Dalam konteks ini, uang kertas yang nilainya terus menurun dianggap sebagai "uang buruk," sementara emas atau perak adalah "uang baik."
Orang bijak akan menyimpan emas dan perak sebagai bentuk perlindungan nilai, sementara uang kertas digunakan untuk transaksi sehari-hari.
Pentingnya Investasi pada Aset
Orang kaya cenderung membeli aset yang nilainya terus meningkat, seperti properti, emas, atau saham.
Sebagai contoh, emas memiliki nilai intrinsik yang stabil dan cenderung meningkat seiring waktu. Investasi pada aset seperti ini membantu melindungi kekayaan dari efek inflasi.
Sebaliknya, orang miskin sering kali membeli barang konsumtif yang nilainya menurun seiring waktu, seperti gadget terbaru atau barang bermerek tanpa mempertimbangkan manfaat jangka panjangnya.
BACA JUGA:
Menggunakan Utang dengan Bijak
Salah satu strategi orang kaya adalah menggunakan utang sebagai alat untuk menghasilkan lebih banyak uang. Mereka memanfaatkan utang untuk membeli aset produktif yang nilainya meningkat, seperti properti atau bisnis.