Mengapa Generasi Z dan Milenial Muda Lebih Rentan Sakit? Intip Penjelasannya

Kamis 26 Des 2024, 21:19 WIB
Benarkah Gen Z Memiliki Krisis Mental? Simak Lengkapnya di Artikel Ini! (Foto: Poskota/Adam Ganefin)

Benarkah Gen Z Memiliki Krisis Mental? Simak Lengkapnya di Artikel Ini! (Foto: Poskota/Adam Ganefin)

POSKOTA.CO.ID – Diketahui Generasi Z dan Generasi Milenial muda mengambil lebih banyak cuti sakit daripada sebelumnya. Ternyata, masalah kesehatan mental yang mendorong tren ini.

Sementara kelelahan, kecemasan, dan depresi memengaruhi banyak kelompok usia, pekerja muda merasakan dampaknya paling akut.

Sebuah analisis di Inggris menemukan bahwa Generasi Z dan Generasi Milenial yang lebih muda kehilangan hingga satu hari kerja per minggu karena masalah kesehatan mental.

Melansir Verywell Health, data dari platform Gusto di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pekerja berusia 25 hingga 34 tahun lebih mungkin mengambil cuti sakit daripada rekan kerja dengan usia yang lebih tua.

Tantangan kesehatan mental Generasi Z terkait dengan persepsi tentang masa depan. Mereka melaporkan tingkat stres dan kecemasan tinggi yang diperburuk perubahan iklim, faktor politik dan sosial ekonomi.

Dengan Gen Z yang diproyeksikan akan mencapai 31 persen dari angkatan kerja pada tahun 2031, kebutuhan mereka akan tempat kerja yang memprioritaskan kesejahteraan mental sedang membentuk kembali budaya kerja.

Millie Cordaro, PhD, seorang terapis bersertifikat dan profesor di Texas State University mengatakan bahwa Gen Z sedang membentuk kembali lanskap tempat kerja.

“Dan melakukan dialog yang terbuka dan jujur ​​seputar keseimbangan kerja dan kehidupan kerja, mencari tahu bagaimana setiap organisasi budaya tempat kerja mengikuti garis itu,” ujarnya.

Meskipun perjuangan kesehatan mental telah dibahas secara lebih terbuka di tempat kerja, Gen Z menghadapi tantangan unik dalam mengelola masalah ini.

"Generasi muda mungkin merasa lebih kesal saat mereka cemas dan berjuang lebih keras secara emosional dan perilaku daripada generasi sebelumnya," kata David H. Rosmarin, PhD, seorang profesor madya psikiatri di Harvard Medical School.

Peningkatan kepekaan ini dapat berkontribusi pada ketegangan di tempat kerja. Ini karena karyawan yang lebih muda menganjurkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

 "Kita memiliki keyakinan yang keliru bahwa suasana hati, emosi, dan hidup kita harus selalu dalam keseimbangan dan saya rasa itu tidak baik bagi kita," kata Rosmarin.

Pekerja Gen Z, terutama mereka yang baru memasuki dunia kerja, masih dalam tahap formatif kehidupan.

Penelitian menunjukkan bahwa usia 18 hingga 26 tahun ditandai oleh perkembangan kognitif, sosial, dan emosional yang berkelanjutan.

Selama periode ini, korteks prefrontal, yang mengatur pengambilan keputusan dan penilaian risiko, masih dalam tahap pematangan, sehingga menjadi waktu yang sensitif bagi kesehatan mental saat menghadapi pemicu stres baru.

"Semuanya akan terasa lebih berat, dan kita akan lebih menunjukkan gejala dalam hal kesehatan mental kita," tambah Cordaro.

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

News Update