POSKOTA.CO.ID - Kontroversi panas terjadi dalam laga Liga 1 antara PSM Makassar melawan Barito Putera pada Minggu (22/12) malam di Stadion Batakan, Balikpapan.
Dalam pertandingan yang berakhir dengan kemenangan PSM 3-2 ini, Barito Putera menuding PSM bermain dengan 12 pemain di lapangan saat injury time babak kedua.
Melalui akun Instagram resminya, Barito Putera menyampaikan protes keras kepada PSSI dan operator Liga 1. "Kami bermain melawan 12 pemain. Terlihat pemain PSM Makassar berjumlah 12 pemain yang berada di dalam lapangan," tulis pernyataan tersebut.
Situasi ini bermula saat PSM melakukan pergantian tiga pemain di injury time babak kedua. Daffa Salman, Fahrul Aditia, dan Arham Darmawan masuk untuk menggantikan Akbar Tanjung, Latyr Fall, dan Syahrul Lasinari.
Namun, diduga Syahrul Lasinari tidak keluar lapangan sehingga PSM bermain dengan jumlah pemain yang melebihi aturan.
Pelatih Barito Putera, Rahmad Darmawan, menyoroti kejadian ini dalam konferensi pers usai pertandingan. Menurut Rahmad, Syahrul Lasinari sempat menyadari bahwa timnya bermain dengan 12 pemain dan mencoba melaporkan hal itu kepada wasit.
"Lasinari itu mendatangi saya, bersalaman, dan bilang, ‘Coach, saya sudah bilang ke wasit kok ada 12 orang.’ Tapi wasit mungkin tidak mendengar, sehingga pertandingan terus berjalan," ungkap Rahmad pada Senin (23/12).
Rahmad juga mengungkapkan bahwa jika wasit segera menghentikan pertandingan setelah insiden ini, hasil akhir laga mungkin akan berbeda.
"Coba kalau saat itu wasit mendengar protes kami, pertandingan dihentikan, lalu pemain yang seharusnya diganti keluar, waktu tambahan diberikan lagi. Pasti hasilnya bisa lain," jelasnya.
Barito Putera merasa dirugikan atas insiden ini dan berharap PSSI dapat menindaklanjuti kasus tersebut secara adil. “Kami sudah melayangkan protes resmi. Kami hanya meminta keadilan agar hal seperti ini tidak terulang,” pungkas Rahmad Darmawan.
Hingga kini, PSSI maupun operator Liga 1 belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini. Peristiwa ini menjadi sorotan tajam di kalangan pencinta sepak bola nasional yang menuntut profesionalisme lebih baik di Liga 1.