Obrolan Warteg : Menyeberang Ditendang

Kamis 19 Des 2024, 07:03 WIB
Obrolan Warteg : Menyeberang Ditendang. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Obrolan Warteg : Menyeberang Ditendang. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Partai politik ( parpol) memecat kadernya buka hal yang baru dan tabu. Sejak dulu, kader dipecat sudah acap terjadi. Misalnya karena pindah ke partai politik (Parpol) lain, mendukung kader dari parpol lain, bahkan maju pilkada dengan bendera parpol lain.Ibaratnya karena menyeberang, ya ditendang.

“Kalau diam-diam membantu pemenangan paslon parpol lain, gimana?,” tanya bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Kalau ketahuan, mestinya sanksinya lebih berat. Namanya membantu secara diam – diam, berarti loyalitasnya patut dipertanyakan. Apalagi bantuan yang diberikan dengan memanfaatkan akses dan fasilitas partainya,” kata Yudi.

“Dalam dunia politik, menjadi kader parpol, loyalitas adalah sangat prinsip. harus dipegang teguh. Kader yang tidak loyal akan merusak tatanan partai, wajar jika kemudian disingkirkan,” kata mas Bro.

“Itu kalau ketahuan, jika tidak ketahuan bagaimana?,”  taya Yudi.

“Ya tak ubahnya memelihara musang berbulu domba,” jawab mas Bro.

“Itu soal kader yang melanggar, ada juga kader yang tidak loyal karena pindah parpol, sering disebut lompat pagar,” tanya Hari.

“Iya itu soal etika. Pindah parpol hal biasa. Tak sedikit kader yang lompat pagar dengan sejumlah alasan, di antaranya sudah tak sejalan dengan misi perjuangannya. Ada juga karena adanya tawaran yang lebih empuk dari partai barunya,” jelas mas Bro.

“Misalnya maju dalam pilkada atas dukungan dari parpol lain ya,” kata Heri.

“Iya itu satu di antaramya  yang disebut dengan melanggar etik parpol. Seperti diberitakan, sebanyak 17 kader PDIP dipecat lantaran melanggar etik partai karena maju pilkada 2024 dari parpol lain,” urai mas Bro.

“Kalau sudah lompat pagar, suatu saat balik lagi, gimana?,” tanya Yudi.

“Itu namanya kutu loncat. Dan, lagi-lagi ini soal etika dan kembali kepada pimpinan parpolnya menyikapi kadernya yang demikian,” ujar Heri.

“Itulah dinamika politik yang tak hanya terjadi dalam pilkada, juga pilpres dan pileg yang baru lalu.Tentu semuanya akan menjadi bahan evaluasi dari masing-masing parpol, utamanya menyangkut loyalitas,” kata mas Bro.

“Soal loyalitas, sejatinya tak hanya di dunia politik. Di dunia bisnis dan organisasi lainnya, loyalitas sangat dibutuhkan dalam membangun soliditas serta memajukan usaha dan organisasi serta institusinya,” jelas Heri.

“Tak heran jika seorang pemimpin dari semua level, dari kepala daerah hingga presiden akan mengangkat orang- orang yang terpercaya memiliki loyalitas tinggi, selain kapabilitas dan akseptabilitas,” urai mas Bro.

“Kadang loyalitas menjadi pertimbangan yang utama. Wajar jika sudah berani menyeberang, ya ditendang,” tambah Yudi. (Joko Lestari).

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

Berita Terkait

Obrolan Warteg: Perempuan Itu Hebat

Sabtu 21 Des 2024, 05:39 WIB
undefined
News Update