Segala sesuatu ada batasnya, ada aturannya dan takarannya. Makan kekenyangan bisa sakit perut, tidur kebanyakan bisa pusing, olahraga kebablasan bukannya sehat, malah bisa sakit.
“Intinya sesuatu yang kebablasan tidak baik. Mengendarai mobil kebablasan akan
putar balik. Mengisi air di gelas kebablasan, akan tumpah terbuang percuma,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya,mas Bro dan bang Yudi.
“Ini arah obrolan kemana sih, kok dari tadi bicara soal kebablasan. Yang jelas kebablasan itu bisa berakibat buruk. Minum obat kebablasan bukannya sehat, malah tambah sakit,” sela mas Bro.
“Maksud saya juga begitu Bro. Lakukan segala sesuatu itu secukupnya dan sepantasnya. Memuji tidak berlebihan karena bisa dianggap carmuk dan menyebalkan,” ujar Heri.
“Begitu juga bercanda jangan sampai melewati batas karena bisa membuat orang lain merasa tertekan, jika candaan yang dilontarkan sudah mengarah kepada hinaan fisik,” kata Yudi.
“Karena itu kalau bercanda kalian jangan mengungkit-ungkit tentang kekurangan seseorang, baik soal fisik, keturunan maupun status sosial ekonominya, “ jelas mas Bro.
“Betul, mungkin yang bersangkutan tidak marah, meskipun sangat tersinggung,tetapi orang yang menyaksikan akan menilai kalian tidak punya etika, tidak beradab,” ujar Heri.
“Sudah banyak candaan yang melewati batas, tidak pada tempatnya akan membawa petaka. Tak jarang konfik terjadi, permusuhan meruncing akibat candaan yang tidak disaring,” kata mas Bro.
“Ada juga yang terguling karena candaan yang kurang disaring. Maksudnya bercanda, tetapi kena batunya.Bukan hanya di dunia maya,. juga di dunia nyata,” ujar Yudi.
“Aku paham apa dan siapa yang kau maksud,” kata Heri.
“Karena itu carilah topik candaan yang umum-umum saja. Lebih-lebih bagi figur publik, jangan bercanda soal kekurangan fisik, jangan bawa soal agama, ras dan keturunan serta status sosial,” ujar Yudi.
.png)
.png)
.jpg)
.jpg)
.png)
.jpg)
