Kopi Pagi: 'PR' Pemenang Pilkada

Senin 09 Des 2024, 08:02 WIB
Kopi Pagi: 'PR' Pemenang Pilkada

Kopi Pagi: 'PR' Pemenang Pilkada

Pengantar: Siap menang dan siap kalah hendaknya dikedepankan dalam kontestasi, termasuk pilkada. Namun, tak jarang kontestan hanya siap menang, tetapi tidak siap kalah.Bagaimana pula setelah menang? Dua hal itulah yang kami sajikan di kolom ini pada Senin dan Kamis pekan ini. (Azisoko).

“Dengan senantiasa bersikap rendah hati akan membuka jalan kesuksesan menjadi lebih tinggi dan luas lagi.Banyak kesuksesan diraih oleh tokoh - tokoh besar dunia karena sikap rendah hati..” Harmoko.

Ikut kompetisi untuk menang itu adalah tujuan. Tetapi kemenangan akan semakin berarti, jika dibarengi dengan sikap rendah hati, bukan tinggi hati.

Kemenangan kian bermakna, jika diisi dengan aksi nyata, bukan euforia dan pesta pora.

Ingat! Kemenangan dalam kontestasi pilkada adalah amanah rakyat yang wajib dijalani sesuai dengan janji yang telah diucapkannya.

Itulah sebabnya, siapa pun pemenangnya jangan lantas cepat berpuas diri. Jalan berliku yang harus ditapaki masih cukup panjang guna mengisi kemenangan.

Sekalipun kemenangan yang didapatkan memperoleh pujian dan pengakuan, tidak lantas berhenti meningkatkan kualitas diri.

Berhenti meningkatkan kualitas diri tidak ubahnya dengan berhenti di tengah jalan yang masih panjang. 

Berpuas diri atas kemenangan akan menjadi penghalang langkah ke depan yang masih penuh dengan tantangan dalam membangun daerahnya sebagaimana visi dan misinya.

Meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengatasi pengangguran dan mengikis kesenjangan sosial menuntut dituntaskan segera karena itulah problema utama bangsa kita. 

Belum lagi menyelaraskan program pemerintah pusat seperti mewujudkan swasembada pangan, energi dan air.

Meski begitu membangun daerah tak harus berharap sokongan dari pemerintah pusat, tidak pula menanti tetesan dari atas sebagai dampak dari kebijakan ekonomi pemerintah, sering disebut “trickle down effect”. Mengingat tetesan ke bawah,mungkin  tidak sebesar diharapkan.

Membangun daerah harus dimulai dari bawah dengan menggali potensi yang ada di daerahnya, mulai dari sumber daya alam dan manusianya beserta kearifan lokalnya menuju kemandirian.

Menjadikan daerah yang mandiri, tangguh, kuat dan hebat, itulah esensi dari otonomi daerah. Itu pula mengapa kepala daerah dipilih langsung oleh warganya.

Mewujudkan itu semua, kepala daerah terpilih perlu membangun kebersamaan dengan menghilangkan sekat dan perbedaan, termasuk beda pilihan dan dukungan politik pilkada. Itu juga bagian lain yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemenang pilkada.

Politik merangkul, bukan memukul seperti diterapkan presiden terpilih Prabowo Subianto pasca pilpres, patut menjadi panutan.

Kepala daerah terpilih perlu mengedepankan sikap rendah hati dengan merangkul semua pihak untuk membangun daerahnya.

Sifat rendah hati akan tercermin pula dari adanya kehendak untuk selalu memahami kekurangan diri sendiri,bukan lebih menonjolkan kemampuan diri, sementara orang lain dianggap tidak mampu.

Filosofi Jawa pun mengajarkan “Ojo rumongso biso,nanging dadio kang biso rumangsa” - jangan merasa bisa, tetapi jadilah bisa merasakan atas kemampuan orang di sekitar kita.

Para ahli pun menelaah ciri - ciri rendah hati. Di antara sikap tidak ego, mau kompromi, mau menerima masukan orang lain, tidak menentang orang yang menentang. 

Tidak pula menyingkirkan orang yang berseberangan. Itulah etika politik pilkada yang hendaknya menjadi acuan bersama.

Sikap rendah hati dapat tercermin adanya kehendak untuk berkolaborasi dengan menyatukan semua kekuatan yang ada, dengan semua elemen masyarakat, termasuk mereka yang berseberangan akan meluluhkan perseteruan dan permusuhan.

Pasca  pilkada menjadi momen merapatkan barisan dengan membuang perseteruan dan permusuhan serta mengikat hati yang sebelumnya terserak guna membuahkan keharmonian dalam membangun daerah.

Hanya saja, menerapkan sifat rendah hati seperti disebutkan tadi, tidaklah mudah.

Perlu tekad kuat mengubah perilaku dari merasa memiliki banyak kelebihan menjadi mengakui segala kekurangan. Dari sebelumnya cenderung menyalahkan menjadi memahami kesalahan diri sendiri.

Dari suka membual, lebih banyak mendengar. Selain itu cerminkan sikap tidak suka pamer, tak merasa diri hebat, kurangi gengsi dan bersikap lemah lembut.

Dengan senantiasa bersikap rendah hati akan membuka jalan kesuksesan menjadi lebih tinggi dan luas lagi, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Banyak kesuksesan diraih oleh tokoh - tokoh besar dunia karena sikap rendah hati.

Mari kita bersikap rendah hati karena kemuliaan akan lahir dari kerendahan hati, bukan dari kesombongan yang membuat mual orang yang melihatnya. (Azisoko).

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

Berita Terkait

Kopi Pagi: Sportif dan Kooperatif

Kamis 12 Des 2024, 08:00 WIB
undefined

Kopi Pagi: Kikis Ego Kelompok

Senin 16 Des 2024, 07:59 WIB
undefined

Kopi Pagi: Bersama Dalam Kesetaraan

Kamis 19 Des 2024, 08:01 WIB
undefined

News Update