POSKOTA.CO.ID – Penyebab banjir bandang, tanah longsor, dan keretakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang terjadi pada Rabu, 4 Desember 2024 lalu dijelaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Kepala BMKG, Dwikorta Karnawati menjelaskan, penyebab bencana alam Sukabumi adalah akibat adanya bibit siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat daya Banten.
"Dampaknya terjadi angin kencang kemudian disertai gelombang tinggi di laut. Nah di darat adalah meningkatnya curah hujan yang intensitasnya lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang dan petir," katanya saat Rapat Koordinasi Penanganan Banjir Bandang di Pendopo Kabupaten Sukabumi.
Dalam rapat yang digelar pada Jumat, 7 Desember 2024 tersebut, diungkapkan bahwa kondisi tersebut mengakibatkan pembentukan pola belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Barat.
Selain itu, adanya gelombang kelvin aktif yang terdapat di perairan barat Pulau Jawa juga turut berperan meningkatkan pembentukan awan.
Berdasarkan analisis BMKG pada saat kejadian, terpantau pertumbuhan awan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang membuat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak dini hari hingga siang.
Kemudian BMKG telah mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudra Hindira, sebelah barat daya Banten yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut.
Melansir laman BMKG, dampaknya diperkirakan adanya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jabodetabek.
Sementara itu, di wilayah perairan selatan Selat Sunda, dampak angin kencang dapat mencapai kisaran 15-25 knot (27-46 km/jam).
Menurutnya, gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi terjadi di kawasan Samudra Hindia, khususnya di selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur.
Gelombang yang lebih tinggi, dengan ketinggian antara 2,5 hingga 4,0 meter, berpotensi terjadi di perairan Bengkulu - Enggano, Perairan Barat Lampung, dan Samudra Hindia barat Bengkulu – Lampung.