POSKOTA.CO.ID - Pesatnya sejumlah pusat perbelanjaan yang berada di Kota Bekasi, Jawa Barat rupanya tidak diiringi dengan daya beli masyarakat.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Bekasi, Djaelani menilai, faktor tersebut tidak terlepas setelah badai pandemi Covid-19 yang menyasar ke semua sektor di tanah air.
"Yang kami lihat pada sisi daya beli masyarakat memang masih terjadi penurunan jika dibandingkan sebelum pandemi. Pengunjung memang mungkin ada, namun daya beli yang terjadi stagnan atau turun," ucap Djaelani kepada wartawan, Senin, 25 November 2024.
Pengunjung memang terlihat begitu padat berlalu lalang masuk ke pusat perbelanjaan di Kota Bekasi, namun tak diimbangi dengan naiknya penjualan ritel.
"Dengan target okupansi di angka 80 persen, ya sekarang hanya 40-50 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah mal tidak sebanding dengan kemampuan masyarakat untuk berbelanja," jelasnya.
Keberadaan mal dengan konsep superblok yang saling terintegrasi antara mal, hotel, hingga apartemen menjadi daya tarik di Kota Bekasi.
Pembangunan tersebut sebagai upaya meningkatkan perekonomian, kemajuan, dan modernisasi kota. Namun, kehadiran mal yang ada belum mendukung secara sepenuhnya.
"Sebagian mal ini sudah direncanakan sejak lama dan sebelum Covid-19 proyeknya sempat tertunda, tapi sekarang mulai terealisasi. Namun, daya tariknya masih belum signifikan karena daya beli masyarakat belum pulih," tuturnya.
Ia meyakini berdirinya pusat perbelanjaan sebagai upaya terciptanya investor masuk ke Kota Bekasi. Tetapi, pemerintah perlu mengimbangi berdirinya mal dengan daya beli masyarakat.
"Pasti Pemkot Bekasi mendukung karena ini bagian dari kota aglomerasi, tapi perlu kajian mendalam supaya yang tumbuh tidak hanya memperbanyak mal, tetapi juga meningkatkan daya beli masyarakat," ungkapnya.
APPBI Bekasi mencatat setidaknya ada 21 mal, serta keberadaan tiga mal baru yang beroperasi hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhir.