POSKOTA.CO.ID - Peretasan HP mengancam siapapun para penggunanya, termasuk anak-anak.
Sehingga, para orang tua perlu lebih waspada jika anak-anak Anda telah diberikan fasilitas HP.
Seperti diketahui bahwa peretasan bisa merugikan pengguna HP.
Ada beberapa resiko peretasan HP pada anak yang perlu diketahui orang tua.
Resiko Peretasan HP pada Anak
Pencurian Data Pribadi
Anak-anak sering kali menyimpan informasi pribadi di HP mereka, seperti nama, alamat, nomor telepon, dan akun media sosial.
Jika perangkat mereka diretas, data ini bisa jatuh ke tangan orang yang salah dan digunakan untuk penipuan atau eksploitasi lebih lanjut.
Penyalahgunaan Media Sosial
Media sosial menjadi salah satu tujuan utama bagi peretas untuk mengakses akun anak-anak.
Melalui peretasan, peretas bisa mengirim pesan yang merugikan atau menyebarkan konten yang tidak pantas, serta membuat anak-anak merasa terancam atau tertekan.
Konten Berbahaya
Dengan mengakses perangkat anak, peretas dapat memasang perangkat lunak berbahaya (malware), atau bahkan memaksa anak untuk mengakses konten yang tidak pantas, seperti gambar dan video eksploitasi atau kekerasan.
Penyebaran Malware atau Virus
Anak-anak sering kali kurang hati-hati saat mengunduh aplikasi atau mengklik tautan, yang dapat mengundang malware ke dalam perangkat mereka.
Malware ini dapat digunakan untuk mencuri data, merusak perangkat, atau melakukan peretasan lebih lanjut.
Penyalahgunaan Identitas
Dengan mengakses akun online anak-anak, peretas bisa memalsukan identitas mereka dan menggunakannya untuk tujuan yang merugikan, termasuk penipuan atau penganiayaan secara online.
Kasus Peretasan HP pada Anak di Beberapa Negara
- Amerika Serikat Di Amerika Serikat, peretasan pada anak-anak semakin meningkat seiring dengan banyaknya anak yang memiliki akses ke perangkat digital.
Salah satu contoh yang mengemuka adalah kasus peretasan akun media sosial anak-anak yang mengarah pada eksploitasi seksual.
Pada 2019, sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 50 persen anak-anak berusia 12-17 tahun telah mengalami bentuk peretasan atau penipuan online.
Di banyak kasus, peretas menggunakan media sosial untuk menyamar sebagai teman atau kenalan anak-anak untuk mengakses informasi pribadi mereka.
- Inggris Di Inggris, lembaga seperti NSPCC (National Society for the Prevention of Cruelty to Children) melaporkan peningkatan kasus peretasan akun sosial anak-anak.
Laporan mereka menyebutkan bahwa peretasan perangkat anak-anak digunakan untuk mengakses foto pribadi, yang sering kali berujung pada pemerasan online.
Mereka menyarankan orang tua untuk memantau penggunaan perangkat dan mengedukasi anak-anak tentang risiko berbagi informasi pribadi.
- Indonesia Di Indonesia, kasus peretasan ponsel anak-anak juga semakin marak, terutama seiring dengan meningkatnya penggunaan smartphone di kalangan pelajar.
Pada 2020, kasus penyalahgunaan aplikasi chatting seperti WhatsApp dan Line untuk memeras data pribadi anak-anak terungkap.
Peretasan ini dilakukan melalui teknik phishing atau pengelabuan agar anak-anak mengklik tautan berbahaya yang berisi malware.
- Australia Di Australia, pemerintah dan lembaga perlindungan anak aktif memberikan edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya pengamanan perangkat digital anak.
Studi yang dilakukan oleh Australian Communications and Media Authority (ACMA) pada 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen anak-anak usia sekolah di Australia mengalami bentuk peretasan, baik itu pencurian identitas maupun pengambilan data pribadi.
Cara Mengatasi Peretasan HP pada Anak
1. Edukasi Anak Mengenai Keamanan Digital
Orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya menjaga keamanan perangkat mereka.
Ini termasuk menghindari mengklik tautan mencurigakan, tidak membagikan informasi pribadi secara sembarangan, serta mengenali tanda-tanda perangkat yang terinfeksi malware.
2. Gunakan Pengaturan Keamanan dan Privasi
Banyak smartphone dan aplikasi menawarkan pengaturan privasi yang dapat membantu membatasi akses ke informasi pribadi.
Orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk mengaktifkan pengaturan keamanan, seperti:
- Mengaktifkan verifikasi dua langkah untuk akun media sosial dan aplikasi perpesanan.
- Membatasi siapa yang dapat melihat profil media sosial mereka.
- Memastikan aplikasi dan perangkat lunak di perangkat anak selalu diperbarui untuk melindungi dari potensi celah keamanan.
3. Instal Aplikasi Keamanan dan Monitoring
Ada berbagai aplikasi yang dirancang untuk membantu orang tua memantau aktivitas online anak-anak mereka.
Aplikasi seperti Qustodio, Norton Family, dan Net Nanny memungkinkan orang tua untuk melacak penggunaan perangkat, memblokir konten berbahaya, serta menerima peringatan jika anak-anak mencoba mengakses situs yang tidak pantas.
4. Buat Aturan Penggunaan Perangkat
Orang tua harus menetapkan aturan yang jelas mengenai penggunaan perangkat, seperti waktu penggunaan, aplikasi yang boleh diunduh, dan jenis aktivitas online yang aman.
Penting untuk memiliki percakapan terbuka dengan anak-anak mengenai apa yang mereka lakukan di dunia digital.
5. Periksa Secara Berkala Keamanan Perangkat
Lakukan pemeriksaan rutin pada perangkat anak-anak untuk memastikan tidak ada aplikasi atau perangkat lunak berbahaya yang terpasang.
Perhatikan apakah ada aktivitas yang mencurigakan, seperti peningkatan penggunaan data atau aplikasi yang tidak dikenali.
6. Gunakan Layanan VPN dan Enkripsi
Menggunakan layanan VPN (Virtual Private Network) dapat membantu anak-anak menjaga privasi mereka saat online.
VPN mengenkripsi koneksi internet, sehingga melindungi data pribadi dari pihak yang tidak sah.
7. Berikan Contoh yang Baik
Orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam hal penggunaan teknologi.
Dengan menunjukkan cara menggunakan perangkat dengan bijak dan aman, anak-anak lebih cenderung untuk meniru perilaku tersebut.
Itulah informasi mengenai potensi peretasan HP pada anak yang perlu diwaspadai oleh para orang tua. (*)
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.