Tokoh Besar Kampanye Tak beri Nilai Tambah

Selasa 19 Nov 2024, 08:04 WIB
Mulai Mantan Presiden Jokowi hingga para artis turun tangan jadi juru kampanye Calon Gubernur Jawa Tengah Ahamd Luthfi. (Instagram Raffi Ahmad)

Mulai Mantan Presiden Jokowi hingga para artis turun tangan jadi juru kampanye Calon Gubernur Jawa Tengah Ahamd Luthfi. (Instagram Raffi Ahmad)

PILKADA Serentak sudah mendekati babak akhir. Di masa kampanye ini para paslon mengerahkan segala kekuatan untuk menggaet suara sebanyak mungkin.

Salah satunya dengan cara menghadirkan tokoh besar seperti mantan Presiden Jokowi, Megawati, dan  Presiden Prabowo Subianto.

Mantan Presiden Jokowi telah memulai kampanye untuk paslon Ahmad Lutfi-Taj Jasin di Purwokerto dan Kabupaten Banyumas, Sabtu, 16 November 2024. Kemudian di Blora dan Grobogan. 

Di kota-kota tersebut, Jokowi bersama dengan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin menaiki mobil Hardtop sembari membagi-bagikan kaos.

Warga yang sedari awal menjadi pagar betis sangat antusias mendokumentasikan dan berupaya untuk bisa mendapatkan kaos yang dibagi-bagikan itu.

Tak ada orasi dari Jokowi saat kampanye di kota-kota tersebut, ya hanya seperti biasanya, Jokowi hanya bagi-bagi kaos, kalau sewaktu jadi Presiden dia membagi-bagikan sembako di masa kampanye.

Kali ini Jokowi hanya bagi-bagi kaos, itu yang tertangkap kamera jurnalis. Dari apa yang dia lakukan itu, gak ada pembaruan cara Jokowi berkampanye.

Tak terlihat pula orasi yang memuat pemikiran-pemikiran besar dengan kapasitasnya sebagai tokoh besar yang sudah lengser keprabon dan madeg pandito.

Dalam pengertian yang terakhir ini sangat diharapkan, Jokowi sebagai tokoh besar yang sudah paripurna selaku Presiden, seharusnya memberikan pencerahan yang bisa membesarkan pemikiran rakyat.

Kalau hanya demikian, maka tak ada nilai tambah dengan adanya tokoh besar turun gunung kampanye.

Seorang tokoh yang sudah lengser keprabon dan madeg pandito diharapkan pikirannya sudah lerem sebagai pandita, sehingga muncul pemikiran-pemikiran jernih. Lha ini sama sekali tak muncul.

Presiden yang Jokowi hanya bagi-bagi kaos, ada yang berpendapat miring, dia senang kalau rakyat tetap bodoh, karena mudah dirayu dan disogok dengan bagi-bagi semacam itu. Sungguh tak ada nilai tambah yang diberikan.

Lantas, Presiden Prabowo Subianto sempat mengatakan tak akan cawe-cawe dalam Pilkada kali ini. Ini membuat banyak pihak seperti mendapat angin segar demokrasi. Bahkan kalangan PDIP mengaku dirinya "sempat tergetar" mendengar pidato Prabowo tempo hari.

Sebab saat itu Prabowo menegaskan jangan ada titip-menitip di dalam pilkada. Itu membuat terharu karena, di era sebelumnya banyak peristiwa yang memperlihatkan Pilkada beraroma tidak jurdil.

Karena intervensi berbagai instrumen kekuatan negara sangat nyata, telanjang, dan masif.

Tapi kebahagiaan atas pidato presiden itu luntur hanya dalam 3 hari ketika kemudian Presiden Prabowo ternyata kemudian menjadi endorser, promotor untuk Paslon Ahmad Luthfi-Taj Yasin.

Yakni dengan muncul dan tersebarnya video ajakan Prabowo untuk memilih Ahmad Luthfi-Taj Yasin.

Dengan demikian publik telah kehilangan harapan lagi bahwa Pilkada Serentak 2024 akan berlangsung jujur dan adil (jurdil). Di sini dinilai, Presiden Prabowo telah turun kelasnya menjadi campaigner, jurkam untuk satu calon. Rakyat menjadi kehilangan harapan, Pemilu akan berlangsung jurdil

Atas hal tersebut Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, mengungkapkan bahwa endorsement terhadap Luthfi-Yasin itu dalam kapasitas Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. 

Namun, politisi PDIP Ganjar Pranowo menyimak video itu mengatakan, tak ada satu kata pun Prabowo menyebut dirinya sebagai Ketum Partai Gerindra.

Maka, Presiden Prabowo pun tak memberikan nilai tambah pemikiran dalam kampanye kali ini, hanya ajakan yang semua jurkam bisa melakukan.

Lantas, hadirnya Megawati Soekarnoputri di Jawa Tengah, karena untuk membangkitkan kadernya supaya di Pilgub Jateng tak kalah, karena provinsi itu kandang banteng.

Kehadirannya sekaligus untuk perlawanan turun gunungnya Jokowi kampanye di Jateng. Jadi yang muncul kemudian, adalah makin mengerasnya perseteruan antara Mega (PDIP) dengan Jokowi. 

Jelaslah, hal ini hanya memunculkan makin panjangnya perseteruan antara Ibu dan kader yang jadi Malin Kondang itu. Tak ada nilai tambah, bahkan terkesan menghadirkan sisi perseteruan itu. (**)

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

News Update