Jelang perhelatan pilkada serentak sejumlah survei digelar untuk memberikan tentang persepsi publik mengenai elektabilitas pasangan calon, termasuk di pilkada Jakarta.
Dari survei yang telah dipublish, paslon Pramono Anung-Rano Karno menyalip paslon Ridwan Kamil dan Suswono.
Di antaranya hasil survei SMRC yang digelar pada 31 Oktober hingga 9 November 2024, menyebutkan Ridwan Kamil-Suswono memperoleh angka 39,1 persen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana 5,1 persen, dan Pramono-Rano Karno 46 persen.
“Sebelumnya pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang tertinggi ya,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Saling salip elektabilitas adalah biasa, itu namanya dinamika politik. Ini tak hanya terjadi di Jakarta, juga daerah lainnya,” kata Yudi.
“Kesukaan masyarakat terhadap pasangan calon bisa tetap, berubah atau malah berbalik seratus delapan puluh derajat. Dinamika ini yang akan mempengaruhi elektabilitas kandidat,” jelas mas Bro.
“Kenapa bisa begitu ya?,” tanya Heri.
“Nggak usah ditanya, tanya saja kepada diri sendiri, apakah pilihan sudah mantap, atau masih bisa berubah,” kata Yudi.
“Loh kalau saya sejak awal sudah mantap dengan pasangan calon yang saya pilih nanti pada 27 November 2024. Apapun perkembangan yang terjadi, pilihan saya tidak berubah,” tegas Heri.
“Nah, ini yang namanya pemilih tetap, bisa disebut juga pendukung loyalis, meski bukan kader parpol. Menentukan pilihan berdasarkan figur yang selama ini diidolakan, “ kata mas Bro.
“Kalau pendukung tetap ini nggak bisa diotak atik. Tapi ada juga pemilih mengambang, yang masih bisa berubah, dan biasanya jumlahnya lumayan besar sehingga bisa ikut berperan menentukan kemenangan,” tambah mas Bro.
“Bisa nggak dikatakan pemilih mengambang inilah yang mengerek elektabilitas Pramono – Rano?,” tanya Heri.
“Jawabnya bisa iya, bisa juga tidak,” kata Yudi.
“Kalau iya, gimana?,” tanya Heri lagi.
“Kalau kenaikan elektabilitas akibat mengalirnya dukungan pemilih mengambang, berarti karena tersedot tarik dari paslon dimaksud. Bisa karena gagasan, perilaku atau yang lainnya. Banyak faktor.,” kata mas Bro.
“Lantas bagaimana dengan paslon yang elektabilitasnya turun?,” tanya Yudi.
“Kalau penurunan itu akibat beralihnya dukungan pemilih mengambang, masih ada peluang ditarik kembali. Yang repot jika penurunan tersebut terjadi akibat hengkangnya pemilih fanatik..,” kata mas Bro.
“Ini yang patut diwaspadai,” kata Heri.
“Yang pasti, fakta akan teruji saat pencoblosan nanti,” kata mas Bro. (Joko Lestari).
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.