Musim hujan biasanya ditandai dengan suhu yang lebih dingin dan kelembapan yang tinggi, yang bisa memengaruhi sensitivitas kulit dan tubuh terhadap suhu dingin.
Kondisi seperti ini bisa memperburuk gejala alergi dingin pada sebagian orang.
Namun, faktor-faktor lain juga bisa memengaruhi kambuhnya alergi dingin, seperti:
Perubahan suhu yang mendadak: Pergantian dari udara panas ke udara dingin yang tiba-tiba (misalnya, ketika memasuki ruangan ber-AC setelah berada di luar saat hujan) bisa memicu reaksi alergi.
Paparan air dingin: Saat hujan atau ketika seseorang terpapar air dingin secara langsung, reaksi alergi pada kulit bisa terjadi dengan cepat.
Stres dan kelelahan tubuh: Faktor-faktor eksternal lain seperti stres atau kelelahan tubuh dapat membuat sistem kekebalan tubuh lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan, termasuk paparan suhu dingin.
Penjelasan Ilmiah Mengenai Alergi Dingin
Pada dasarnya, alergi dingin terjadi akibat respons tubuh yang berlebihan terhadap suhu rendah. Ketika kulit terpapar dingin, tubuh menganggap suhu rendah ini sebagai ancaman, memicu pelepasan zat kimia yang disebut histamin.
Histamin ini menyebabkan pembuluh darah di kulit melebar, yang mengarah pada munculnya ruam atau bentol.
Proses ini mirip dengan reaksi alergi lainnya, seperti alergi terhadap makanan atau serbuk sari, di mana sistem imun salah mengenali paparan sebagai ancaman.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pada individu dengan riwayat alergi atau sensitivitas imunologi tertentu, tubuh mereka mungkin lebih cenderung bereaksi terhadap perubahan suhu yang drastis.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology (2018), lebih dari 40 persen individu yang menderita urtikaria dingin juga melaporkan gejala-gejala lain seperti asma atau alergi makanan.
Cara Menangani Alergi Dingin
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami alergi dingin, penting untuk memahami cara mengelola kondisi ini untuk mencegah kambuh atau memperburuk gejalanya. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan: