Studi di Amerika
Penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika menunjukkan bahwa meskipun kasus DBD tidak seumum di kawasan tropis, ada peningkatan kasus yang dilaporkan akibat perubahan iklim yang memungkinkan penyebaran nyamuk Aedes ke daerah yang sebelumnya tidak terjangkau.
Penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Tropical Medicine and Hygiene (2021) menemukan hubungan antara suhu yang lebih hangat dan peningkatan aktivitas nyamuk Aedes, yang meningkatkan risiko penyebaran virus dengue di daerah perkotaan (Lambrechts, et al., 2021).
Studi di Eropa
Di Eropa, meskipun DBD jarang terjadi, kasus impor dari wisatawan meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) pada tahun 2022 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus DBD yang terdeteksi pada orang yang kembali dari negara endemik.
Peneliti menyarankan perlunya sistem pemantauan yang lebih baik serta penanganan yang tepat terhadap kasus impor tersebut untuk mencegah penyebaran lokal di Eropa (Dente, et al., 2022).
Studi di China
China juga melaporkan peningkatan kasus DBD dalam beberapa tahun terakhir, terutama di provinsi-provinsi selatan yang memiliki iklim tropis.
Penelitian yang dipublikasikan di Lancet Infectious Diseases pada tahun 2023 mengidentifikasi beberapa faktor lingkungan yang memperburuk penyebaran DBD, seperti hujan deras dan kelembaban tinggi, yang menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes.
Peneliti di China juga mengembangkan pendekatan berbasis teknologi, seperti penggunaan alat pemantauan digital untuk memetakan dan mengelola wabah DBD secara lebih efektif (Zhao, et al., 2023).
Itulah informasi seputar DBD yang perlu diketahui agar lebih waspada, lantaran sudah memasuki musm penghujan. (*)