Kopi Pagi: Berikan yang Kamu Bisa

Senin 28 Okt 2024, 08:27 WIB
Kopi Pagi: Berikan yang Kamu Bisa. (Poskota)

Kopi Pagi: Berikan yang Kamu Bisa. (Poskota)

“.. para elite politik, pejabat publik hendaknya memberi keteladanan, selain keleluasaan sebagai upaya memotivasi generasi era kini mengukir prestasi melalui kreasi dan inovasi yang dimiliki. Setidaknya berikan yang kamu bisa untuk kebaikan lingkungan..”

-Harmoko-

Jalan memang penuh liku, tetapi berkat perjuangan tanpa kenal lelah, kegigihan, ketekunan, keuletan,kedisiplinan, dan kejujuran inilah, maka mengukir prestasi bukanlah mimpi.

Karakter seperti itulah yang diselimuti dengan kebersamaan tanpa saling curiga, membuat pemuda zaman dulu mampu menyatukan Indonesia melalui ikrar “Sumpah Pemuda”  pada 28 Oktober 1928.

Di tengah segala keterbatasan yang ada, tantangan pemuda zaman dulu tidaklah ringan.

Bagaimana menyatukan Indonesia yang terdiri dari 16.056 pulau ( ada yang menyebut 17.508 )menjadi satu tanah air yakni Tanah Air Indonesia. 

Menyatukan Indonesia yang terdiri dari 1.340 suku bangsa menjadi satu bangsa, yakni Bangsa Indonesia dan menyatukan Indonesia yang memiliki 718 bahasa menjadi satu bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia.

Kini sudah terwujud satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Lantas bagaimana yang sudah “Satu” tadi teraplikasi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebatas terucap dalam kata, apalagi retorika historia semata.

Kita tentu tidak ingin nilai Sumpah Pemuda lekang oleh zaman. Nilai kebangsaan itu hanya dimaknai sebagai catatan sejarah. Penafsiran makna harus diaktualkan agar tidak terjadi lost generations.

Kemungkinan munculnya embrio generasi yang asing terhadap jati diri negerinya sendiri perlu lebih dicegah sejak dini. Lebih – lebih di era digital sekarang  ini, generasi muda berada pada situasi yang tidak lagi dibatasi sekat geografis, nation dan bahasa.

Dengan kemajuan teknologi informasi, dalam sekejap mereka bisa “menyatukan” sesama pemuda antar negara.

Ini tidak dapat dihindari karena generasi muda merupakan pengguna  terbesar jaringan internet di Indonesia. Sekitar 65  persen dari 221.563  juta pengguna internet di Indonesia merupakan generasi Z (kelahiran 1997 -2012) dan generasi milenial (kelahiran 1981-1996).

Generasi inilah yang sering disebut sebagai pilar Indonesia Emas 2045, generasi penyongsong dan penentu Indonesia maju dan baru.

Kedua generasi ini pula yang menentukan kepemimpinan masa depan, setidaknya periode 5 tahun ke depan karena memiliki lebih 50 persen suara hak pilih pada pilpres lalu dan pilkada 27 November tahun ini.

Zaman telah berubah, 96 tahun telah berlalu. Tantangan  pun berubah, tetapi spirit perjuangan menuju Indonesia maju dan sejahtera sebagaimana makna Sumpah Pemuda, tidak boleh sirna.

Bahkan, nilai-nilai kejuangan tidak boleh stagnan. Spirit harus terus diupdate sesuai dengan perkembangan zaman.

Era sekarang tentu saja bagaimana menyiapkan dan memantapkan visi Indonesia Emas. Indonesia yang mandiri, maju, tangguh dan sejahtera dalam segala aspek kehidupan.

Menjadi negeri yang “gemah ripah loh jinawi. tata tentrem kerta raharja “negeri yang subur makmur, sentosa, tentram dan damai. Dapat diibaratkan “ subur kang sarwa tinandur lan murah kang sarwa tinuku “- tanahnya subur ditanami apa saja tumbuh. Serba murah dan terbeli oleh rakyat.

Pepatah tadi dapat terwujud, jika negeri kita, para pemimpinnya mampu mengolah dan mengelola kekayaan alam kita yang melimpah ruah bagaikan “Zamrud di khatulistiwa”, untuk kemakmuran rakyatnya.

Untuk mengimplementasikannya perlu dukungan riil semua elemen bangsa, tak terkecuali generasi muda, generasi era kini untuk senantiasa berkontribusi membangun negeri.

Yang paling sederhana adalah “berbuat baik”, menjadi warga negara yang baik dan benar. Baik untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Benar berarti “tidak “neko- neko”, tidak melanggar aturan, tidak menyalahgunakan wewenang atas fungsi dan jabatan yang diamanatkan.

Jika setiap warga negara sudah baik dan benar, taat asas dan aturan, negeri ini dengan sendirinya akan menjadi baik.

Tahapan berikutnya memberikan manfaat kepada lingkungan, lebih luas lagi bagi bangsa dan negara apapun profesinya.

Di zaman serba digital, pemuda harapan bangsa harus penuh dengan karya nyata guna memajukan bangsa, menciptakan produk unggulan untuk kebaikan lingkungan, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Hendaknya terjadi loncatan prestasi jauh ke depan mewujudkan impian sebagaimana karakter generasi yang  menyukai hal - hal yang bersifat instan.

Karenanya para elite politik, pejabat publik hendaknya memberi keteladanan, selain keleluasaan sebagai upaya memotivasi generasi era kini mengukir prestasi melalui kreasi dan inovasi yang dimiliki.

Membangun motivasi generasi era kini semakin dibutuhkan walaupun akan menghadapi kendala, jika tanpa sosok idola dan keteladanan.

Karena dengan tampilnya para pemimpin muda dalam pemerintahan, kabinet yang baru terbentuk, diharapkan bisa menjadi satu upaya membangun motivasi, sekaligus keteladan dalam membangun bangsa.Setidaknya berikan yang kamu bisa untuk kebaikan dan kemajuan di lingkungan sekitarnya. (Azisoko).

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

Berita Terkait

Kopi Pagi: Komitmen Kebangsaan (1)

Senin 11 Nov 2024, 08:28 WIB
undefined

Kopi Pagi: Bersatu, Lupakan Masa Lalu

Senin 18 Nov 2024, 08:28 WIB
undefined

Kopi Pagi: Membangun Kepercayaan

Kamis 21 Nov 2024, 08:27 WIB
undefined
News Update