Obrolan Warteg: Pilih Yang Loyal, Bukan Royal

Senin 21 Okt 2024, 06:58 WIB
Obrolan Warteg: Pilih Yang Loyal, Bukan Royal. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Obrolan Warteg: Pilih Yang Loyal, Bukan Royal. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Menelisik postur kabinet, setidaknya dapat diperoleh gambaran sebagai kombinasi antara politisi, profesi, para ahli dan akademisi dari beragam latar belakang.

“Jadi cocok jika disebut sebagai zaken kabinet. Karena zaken kabinet atau kabinet kerja ini terdiri dari kombinasi seperti disebutkan tadi,” kata mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, bung Heri dan bang Yudi.

“Kayak pengamat saja ikut menelisik postur kabinet,” ujar Heri.

“Mengamati itu boleh – boleh saja. Siapa pun boleh mengamati. Kalau memprediksi kinerja beda lagi. Tak semua orang mampu memprediksi, kecuali ahlinya,” jawab mas Bro.

“Kalau latar belakang para calon menteri dan wakil menteri, bagaimana? Tahu nggak?,” tanya Yudi.

“Nah, kalau ini sejumlah pengamat memilahnya menjadi empat klaster,” kata mas Bro.

“Apa saja?,” tanya Yudi lagi.

“Keempat klaster yang dimaksud adalah politisi atau kader parpol, kalangan profesional, loyalis dan tim sukses atau relawan,” jelas mas Bro.

“Tetapi dari klaster mana pun, sepertinya keahlian di bidangnya menjadi salah satu syarat menduduki jabatan menteri,” urai Yudi.

“Selain ahli, syarat lainnya, di antaranya jujur dan loyal,” tambah mas Bro.

“Sebagai pejabat negara harus memberi teladan kejujuran. Jujur dalam mengelola anggaran negara, jujur penggunaannya, jujur pula mempertanggung jawabkannya. Jangan yang digunakan 5, dilaporkan 10. Itu namanya korupsi,” kata Heri.

“Jujur pula dalam melaksanakan kebijakan. Sebut saja program bantuan untuk rakyat miskin, ternyata sebagian dibagikan kepada saudara dan kerabat dekatnya. Ini namanya tidak jujur,” kata mas Bro.

“Oke kalau soal jujur, kita paham lah. Lantas bagaimana dengan sikap loyal? Loyal kepada siapa?,” tanya Yudi.

“Ya loyal kepada atasan, kepada yang mengangkat, dalam hal ini presiden. Sebagai menteri bukan loyal kepada institusi asalnya, organisasi atau parpolnya. Artinya harus taat, patuh dan tunduk atas perintah presiden, bukan kepada ketua parpol dia berasal,” urai mas Bro.

“Ya.. ya dapat dimengerti dan dipahami. Lebih memilih yang loyal, ketimbang mumpuni tetapi tidak loyal. Syukur-syukur sudah mumpuni, loyal lagi,” kata Heri.

“Ingat ya pilih ya loyal, bukan royal.  Kalau royal beda lagi,” ujar mas Bro. (Joko Lestari).

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

Berita Terkait

Obrolan Warteg: Beri Aku 10 Pemuda

Senin 28 Okt 2024, 07:03 WIB
undefined
News Update