POSKOTA.CO.ID - Isu dugaan adanya kekerasan di Brandoville Studios mencuat usai adanya pengakuan dari mantan karyawan.
Disebut-sebut bahwa ada tindakan kekerasan fisik, emosional, dan verbal bahkan hingga eksploitasi dihadapi oleh para karywan di Brandoville Studios.
Diduga bahwa hal tersebut dilakukan oleh Cherry Lai yang menjabat sebagai co-owner sekaligus istri dari CEO, Ken Lai.
Baru-baru ini dikabarkan bahwa isu kekerasan di Brandoville Studios bukan pertama kalinya.
Konon pada tahun 2021, Brandoville Studios mendapat tuduhan crunch culture atau budaya crunch.
Bahkan sempat mendapatkan kritik dari sejumlah pihak yang menilai bahwa kondisi ini sudah sangat tidak manusiawi.
Dilansir dari laman Make Use Of, budaya crunch dalam industri gim video adalah tempat pengembang gim video bekerja dalam jam yang sangat panjang, terkadang 80-100 jam seminggu, dengan lembur yang tidak dibayar.
Budaya ini biasanya terjadi pada tahap akhir siklus pengembangan gim video, untuk memastikan bahwa semuanya berjalan sebaik mungkin sebelum peluncuran.
Namun, budaya crunch dapat berlangsung bukan hanya berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya.
Sebagai informasi, crunch culture adalah budaya di mana pekerja diminta untuk bekerja tanpa henti, lembur terus-menerus, namun tidak dibayar.
Tuduhan crunch culture mencuat ke publik setelah jurnalis game, Chris Bratt, mengunggah hasil wawancaranya dengan mantan pekerja Lemon Sky dan Brandoville di kanal YouTube People Make Games.