Ini terjadi karena kurangnya perencanaan keuangan atau harapan yang tidak realistis mengenai pendapatan masa depan.
Akibatnya, ketika waktu pembayaran tiba, peminjam mengalami kesulitan dalam mengatur anggaran dan memenuhi kewajiban cicilan.
3. Tingkat Bunga yang Tinggi
Pinjaman online sering kali menawarkan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman tradisional. Meskipun proses pengajuan pinjaman online mungkin tampak mudah, bunga tinggi dapat menjadi beban berat bagi peminjam.
Terutama jika mereka tidak memiliki sumber pendapatan yang stabil. Banyak peminjam yang tidak menyadari betapa cepatnya bunga ini bisa menumpuk, sehingga mereka terjebak dalam utang yang semakin membengkak.
4. Kurangnya Perencanaan Keuangan yang Matang
Banyak orang yang terjebak dalam siklus utang karena tidak memiliki rencana keuangan yang matang. Mereka mungkin mengajukan pinjaman online dengan harapan bahwa mereka akan dapat membayar kembali.
Tanpa merencanakan cara untuk melakukannya. Tanpa perencanaan yang baik, termasuk pengelolaan arus kas dan cadangan darurat, pinjaman yang semula tampak seperti solusi cepat bisa berubah menjadi beban yang tidak teratasi.
5. Kondisi Ekonomi yang Tidak Stabil
Kondisi ekonomi yang tidak stabil, seperti inflasi tinggi atau penurunan pendapatan, dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melunasi pinjaman online.
Banyak peminjam yang mungkin mengajukan pinjaman dalam situasi ekonomi yang lebih baik tetapi kemudian mengalami perubahan kondisi yang mengurangi daya beli mereka.
Ketidakstabilan ekonomi dapat mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan, sehingga menyulitkan peminjam untuk memenuhi kewajiban cicilan mereka.