Istilah “belanja masalah” mulai populer menjelang gelaran pilkada serentak 2024.
Sejumlah kandidat calon kepala daerah baik calon gubernur, bupati maupun calon wali kota sering menyebut dirinya sedang belanja masalah, ketika beranjangsana, berkunjung dan bertemu dengan masyarakat.
Belanja masalah dimaksud adalah menyerap aspirasi masyarakat terkait berbagai hal menyangkut kehidupannya. Mengetahui secara langsung berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
“Belanja masalah, mulai dari urusan dapur hingga tempat tidur ya,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Kalau urusan dapur saya paham. Itu lebih menyangkut kepada kebutuhan pokok sehari – hari, mengenai ketersediaan bahan pangan mulai dari beras, gula, minyak goreng, terigu, daging, telur hingga bumbu dapur. Nah, kalau urusan tempat tidur itu, bagaimana ceritanya?,” kata Yudi.
“ Loh urusan tempat tidur tidak kalah pentingnya bagi sebuah keluarga. Tempat tidur itu adalah tempat untuk beristirahat, melepaskan lelah agar pikiran tenang dan nyaman. Bagaimana dapat tidur nyenyak kalau masih berpikir, besok apa yang mau dimasak,” kata Heri.
“Betul juga ya. Besok apa yang mau dimasak artinya nggak ada bahan yang dapat dimasak, mau belanja, uangnya belum ada, “ kata Yudi.
“ Kondisi ini tentu beda dengan stok pangan yang melimpah. Kurang, tinggal beli. Males keluar rumah pesan online, sehingga kalimatnya ” besok kita makan apa. Mau sop buntut,rawon, dendeng, apa ayam pop ?’,” tambah Heri.
“Artinya masalah yang dihadapi rakyat cukup beragam, dari soal pangan, pendidikan hingga kesehatan. Belum lagi soal lingkungan,” kata mas Bro.
“Belanja masalah berarti memetakan permasalahan untuk dijadikan acuan dalam merumuskan visi dan misi serta program kerja sebagai calon pejabat,” tambah mas Bro.
“Mengapa baru sekarang belanja masalah?,” kata Heri.
“Karena baru sekarang sebagai calon kepala daerah,” jawab Yudi.
“Kadang ada calon yang terkaget – kaget mengetahui masalah yang ada, padahal itu isu lama. Lantas selama ini kemana aja,” kata Heri.
“Bisa jadi memang baru tahu. Mungkin kaget karena masalah lama, kok masih ada. Yang penting kita tidak boleh berprasangka buruk, meski itu gimmick,” kata mas Bro. (Joko Lestari).