Sepanjang Januari-Agustus 2024, BPBD Laporkan 490 Kejadian Kebakaran Didominiasi Arus Pendek

Jumat 16 Agu 2024, 14:46 WIB
Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji. (Poskota/Pandi Ramedhan)

Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji. (Poskota/Pandi Ramedhan)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat ada 490 kejadian kebakaran sejak 1 Januari-14 Agustus 2024.

"Total 490 kejadian kebakaran," kata Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji kepada wartawan, Jumat, 16 Agustus 2024.

Dari total kasus tersebut, penyebab kebakaran beragam. Namun yang paling domiman yaitu karena korsleting listrik.

"Korsleting listrik 332 kejadian, pembakaran sampah 10 kejadian, lilin 1 kejadian, lain-lain 12 kejadian," jelas Isnawa.

Peristiwa kebakaran yang terjadi itu sedikitnya menewaskan 18 orang, luka berat 21 orang, dan luka ringan 133 orang.

Kebakaran juga menyebabkan ratusan sarana terdampak seperti rumah, bangunan semi permanan, ruko, kendaraan, dan yang lainnya.

"Terdampak 720 rumah tinggal, 150 bangunan semi permanen, 25 gedung, 32 gudang, 212 kios/ruko, 34 kendaraan, 46 lain-lain," pungkaa Isnawa.

Korsleting Listrik Jadi Penyebab Kebakaran Paling Dominan

Isnawa mengatakan korsleting listrik menjadi penyebab kebakaran yang paling dominan.

Hal ini dikarenakan pemakaian instalasi listrik yang sudah lama, khususnya di permukiman padat penduduk.

"Salah satu yang kita temui karena arus pendek, setelah kita pelajari jadi instalasi listrik terutama pemukiman padat, itu kan usia kabel maksimal 20 tahun," ucapnya.

Sementara bangunan rumah tinggal di Jakarta banyak yang telah dibangun sejak tahun 1970-an. Sementara instalasi listrik tidak diremajakan.

"Harusnya tahun 90an dilakukan pergantian instalasi listrik, terutama kabel di dalam. Kedua penggunaan alat elektronik ini mengalami perubahan yang besar dari tahun 80 atau 90 an ke tahun ini. Sekarang kontrakan kecil aja ada kipas angin ada charger dan lain-lain, dan penggunaan elektronik itu kadang tidak SNI," jelas Isnawa.

Isnawa menjelaskan penggunaan listrik yang tidak sesuai dengan kapasitas listrik itu sendiri menjadi pemicu terjadinya arus pendek. Ditambah kabel yang sudah lapuk atau sudah lama.

"Dengan beban tadi kabel yang serabut tadi tidak mungkin kekuatan menampung daya hantar listrik yang sangat besar. Saya bilang tadi kontrakan kecil saja elektroniknya macam-macam," tukasnya. (Pandi)

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

Berita Terkait

News Update