Mundurnya Airlangga, Studi Perang dan Intelijen

Selasa 13 Agu 2024, 08:02 WIB
Airlangga Hartarto mengundurkan diri sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. (Tangkap layar video)

Airlangga Hartarto mengundurkan diri sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. (Tangkap layar video)

BUKAN  kali pertama publik disuguhkan dengan isu ‘kudeta’ Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum Partai Golkar. Namun, isu kali ini tampaknya yang paling kuat terasa. Ada tiga alasan kuat di balik simpulan itu.

Pertama, beberapa nama secara terbuka mengatakan akan maju sebagai the next Ketum Golkar di antaranya Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

Kedua, telah luas beredar narasi keraguan terhadap kepemimpinan Airlangga. Sang Menko Perekonomian disebut dapat menenggelamkan Partai Golkar di Pemilu 2024. Situasi Airlangga yang sulit maju sebagai kandidat di Pilpres 2024 juga disebut sebagai faktor pendorong.

Ketiga, entah kebetulan atau tidak, di tengah isu kudeta, Airlangga dipanggil Kejaksaan Agung (Kejagung) sebagai saksi kasus suap ekspor crude palm oil (CPO). Menjawab 46 pertanyaan, Airlangga diperiksa selama 12 jam pada 24 Juli 2023.

Apa yang tengah terjadi di Golkar saat ini dapat kita pahami melalui studi perang dan intelijen. Terkait alasan pertama, kita bisa mengutip salah satu literatur perang paling tua dan masyhur, yakni The Art of War.

Di dalamnya, Sun Tzu menjelaskan tanda-tanda apabila prajurit akan melakukan desersi atau pengingkaran tugas. Beberapa tandanya adalah tidak menjaga pos tempat mereka ditempatkan dan mengkonsumsi kuda yang seharusnya menjadi kendaraan tunggangan di medan perang.

Dalam konteks modern, tidak menjaga pos berarti tidak melaksanakan perintah yang diberikan. Kemudian, mengkonsumsi kuda berarti menggunakan sumber daya bukan untuk kepentingan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Pada alasan pertama, itu jelas tanda-tanda desersi. Alih-alih mendukung Airlangga sebagai amanah Musyawarah Nasional (Munas) Golkar 2019, berbagai elite Golkar justru ingin maju menggantikan Airlangga sebagai Ketum Golkar.

Kemudian, pada alasan kedua, itu adalah bagian dari operasi penggalangan intelijen.

Kemudian, pada alasan kedua, itu adalah bagian dari operasi penggalangan intelijen. Pakar isu militer dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, menjelaskan bahwa operasi penggalangan intelijen umumnya meliputi tiga tahapan utama, yaitu tahap infiltrasi, intensifikasi/eksploitasi, dan diakhiri tahap evaluasi/konsolidasi. (*)

Berita Terkait
News Update