Kopi Pagi: Kemandirian Menuju Indonesia Emas (1)

Senin 12 Agu 2024, 08:33 WIB
Mental yang harus tertanam pada bangsa yang merdeka adalah percaya diri. (Instagram/@ikn_id)

Mental yang harus tertanam pada bangsa yang merdeka adalah percaya diri. (Instagram/@ikn_id)

Pengantar: “Menyongsong peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI, melalui

kolom ini disajikan tulisan berseri mengenai “Kemandirian Bangsa Menuju

Indonesia Emas”. Tulisan dimuat setiap hari Senin dan Kamis. (Azisoko).

--

Rasa percaya diri harus dibangkitkan melalui edukasi sejak dini untuk

mewujudkan kemandirian bangsa. Mandiri dalam segala sektor kehidupan, baik

di bidang sosial politik, ekonomi dan kebudayaan..”

-Harmoko-

Sepekan lagi, tepatnya 17 Agustus,  bangsa Indonesia memperingati Proklamasi Kemerdekaan atau sering disebut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun ini merupakan HUT ke-79 RI yang dipusatkan di Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.

Peringatan kemerdekaan boleh dipusatkan di mana saja, sesuai kebutuhan era kekinian, sepanjang tidak menyimpang dari maksud dan tujuan peringatan itu sendiri.

Usia kemerdekaan tentu akan terus bertambah dari tahun ke tahun, begitupun pimpinan nasional bisa datang silih berganti, era pun berubah, tetapi identitas nasional tidak boleh berubah.

Identitas nasional sebagai jati diri bangsa sebagaimana amanat Pancasila dan UUD 1945, wajib terpatri dalam setiap sanubari anak negeri, siapapun dia, dimanapun dan hingga kapan pun.

Terpatri bukan sebatas memori di hati, bukan hanya menjadi kenangan dalam kehidupan, tidak cukup dengan slogan, tidak pula sebagai tontonan, tetapi menjadi tuntunan dalam mengambil kebijakan dalam ketatanegaraan. Lebih-lebih wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seberat apapun tantangan yang dihadapi, sebesar apa pun hempasan angin perubahan dunia, hebatnya pengaruh geopolitik dan dampak situasi global kepada negeri kita, hendaknya jati diri bangsa tidak akan tergoyahkan.

Melalui peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang dilakukan setiap tahunnya, termasuk tahun ini, hendaknya dijadikan sumber kekuatan dan tekad perjuangan bangsa dalam melahirkan serta membangkitkan kembali kepribadian Indonesia.

Kian memperteguh jati diri bangsa.

Kata merdeka sendiri memiliki banyak makna yang terkandung di dalamnya, jika kita ingin mengurai tentang proklamasi kemerdekaan yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari di era kini.

Sang proklamator, Soekarno, sejak awal telah mengingatkan “Merdeka hanyalah sebuah jembatan, Walaupun jembatan emas.., di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa.., satu ke dunia sama ratap sama tangis!”.

Maknanya, meski kemerdekaan sebuah peluang besar mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat - keadilan dan kemakmuran rakyat, tetapi cita-cita negeri ini tidak lantas dapat terengkuh begitu saja. Harus ada perjuangan lebih lanjut untuk mengisi kemerdekaan. 

Salah satu sikap mental yang perlu tertanam pada bangsa yang merdeka adalah kepercayaan diri. Percaya kepada kemampuan diri karena memiliki sumber daya alam yang lebih dari memadai.

Percaya diri bahwa produk kita lebih berkualitas, ketimbang negara lain.

Percaya diri bahwa kita mampu bersaing dengan negara lain karena memiliki jumlah SDM yang besar dan berkualitas.

Para pendiri negeri ini, founding fathers, sejak awal kemerdekaan sudah menyadari bahwa salah satu kelemahan bangsa kita adalah kurangnya “rasa percaya diri”.

Sikap ini menular kepada generasi berikut hingga kini dalam format dan pola yang tentunya berbeda sesuai dengan eranya.

Rasa percaya diri inilah yang harus dibangkitkan melalui edukasi sejak dini untuk mewujudkan kemandirian bangsa. Mandiri dalam segala sektor kehidupan, baik di bidang sosial politik, ekonomi dan kebudayaan, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Sejarah mencatat, soal kemandirian sejak awal, tepatnya tahun 1963, telah dicetuskan oleh Bung Karno yang dikenal dengan konsep “Trisaksi”, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Konsep kemandirian masih tetap aktual, lebih – lebih era kini, menyongsong visi Indonesia Emas 2045 –Tepat 100 tahun usia negara kita sejak proklamasi kemerdekaan dideklarasikan 17 Agustus 1945.

Tanpa kemandirian bangsa, boleh jadi akan kembali ke masa- masa lalu, bukan penjajahan secara fisik, tetapi dalam bentuk lain yang efeknya lebih buruk bagi kehidupan bangsa. Karenanya, mewujudkan kemandirian bangsa tidak bisa lagi ditunda.

Cerita soal kemandirian akan coba kita bedah pada sesi berikut. (Azisoko).

News Update