Obrolan Warteg:Tinggal di Desa, Rezeki Kota

Jumat 02 Agu 2024, 07:03 WIB
Obrolan Warteg:Tinggal di Desa, Rezeki Kota. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Obrolan Warteg:Tinggal di Desa, Rezeki Kota. (Poskota/ Yudhi Himawan)

Kalau dipikir – pikir tinggal di desa terasa lebih nyaman, tidak kemrungsung seperti di kota, apalagi kota besar seperti Jakarta.

Tak mengherankan jika banyak teman yang memasuki masa pensiun lebih memilih pulang kampung. Mungkin, karena kenyamanan yang dibutuhkan.

 “Itu bagi pensiunan yang setiap bulannya dapat uang pensiun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di kampung. Lebih – lebih jika sudah menyiapkan sebelumnya, adanya bisnis sampingan,” kata Heri.

“Bagi yang tidak punya pensiun, sebagai pekerja serabutan, boleh jadi hidup di kampung lebih sengsara,” kata Yudi.

“Hidup di  desa atau di kota itu adalah pilihan. Ada yang sejak muda sudah tinggal di desa mengembangkan bakatnya , usahanya. Tak sedikit yang hijrah ke kota seperti Jakarta, karena merasa lebih bisa berkarya,” kata mas Bro.

“Kalau kalian harus memilih, lebih suka di desa atau di kota?,” kata Heri.

“Saya memilih tinggal di desa, rezeki kota, bisnisnya mendunia,” kata Yudi.

“Kalau begitu sih saya mau banget. Penghasilan tinggi, setara penduduk kota, pengeluaran cukup sederhana. Banyak lebihnya, apalagi bisnisnya merambah berbagai negara,” kata Heri.

“Yang menjadi persoalan, apakah bisa seperti itu. Dari UMP saja sudah beda, jauh lebih rendah dari UMP kota besar, industri dan perdagangan,” kata Yudi.

“Jadi yang perlu dikembangkan adalah desanya, fasilitas pendukungnya agar penduduk tertarik tinggal di desa yang serba ada.Kalau desanya maju, segala fasilitasnya ada, mengapa harus pergi ke kota,” kata mas Bro.

“Jika UMP atau UMK nya tinggi, setidaknya tidak jomplang dengan kota besar, orang akan pilih kerja di desa. Penghasilan hampir sama, pengeluaran lebih hemat,” kata Heri.

“Berarti yang harus dibangun desanya dulu agar mampu memberikan kebutuhan warganya seperti halnya di kota,” kata Heri.

“Dibangun untuk mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan upah yang layak. Bukan dibangun secara fisik, tetapi penduduknya tetap miskin,” jelas mas Bro.

“Karenanya pembangunan desa harus tepat sasaran, mampu menciptakan daya saing, mampu menggali dan mengembangkan potensi kearifan lokal. Ini dapat dilaksanakan asalkan ada kemauan politik dari pemda setempat,” kata Heri.

 “Wah.. pilkada bisa menjadi momen memilih calon bupati atau wali kota yang mampu mewujudkan pemerataan pembangunan hingga menciptakan desa unggulan,” kaa mas Bro. (Joko Lestari)

Berita Terkait

Obrolan Warteg: Saling Memaafkan

Sabtu 03 Agu 2024, 05:29 WIB
undefined

News Update