JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Film Sekawan Limo menjadi film terbaru yang sedang tayang di bioskop Indonesia dengan beragam keunikannya. Bayu Skak tidak hanya duduk di kursi sutradara, tetapi juga turut berakting dalam film ini.
Seperti karya-karya Bayu sebelumnya, SEKAWAN LIMO menggunakan bahasa daerah Jawa Timur yang khas.
Film ini juga menjadi ajang kolaborasi terbaru antara Bayu Skak dan Starvision setelah sebelumnya mereka bekerja sama dalam LARA ATI yang diproduksi oleh Base Entertainment.
Dari awal, Sekawan Limo sudah menghadirkan dialog-dialog yang kocak dan penuh candaan segar. Sulit rasanya menahan tawa karena celetukan para karakternya terasa sangat pas.
Bayu Skak, Benidictus Siregar, Firza Valaza, dan Indra Pramujito bergantian melontarkan lelucon-lelucon segar yang orisinal, jauh dari klise film horor komedi pada umumnya.
Meski berbahasa Jawa, sindiran-sindiran cerdas yang dibalut dengan humor ini tetap bisa diterima dengan baik oleh penonton.
Tapi, Sekawan Limo tidak hanya lucu. Ada juga momen-momen menegangkan dengan atmosfer mencekam yang didukung oleh setting pegunungan, mampu memberikan sensasi jantungan.
Cerita film ini mengikuti kisah Bagas, Lenni, Dicky, Juna, dan Andrew yang bertemu saat mendaki Gunung Madyopuro. Penjaga pos pendakian memperingatkan bahwa pendakian harus dalam jumlah genap dan dilarang menoleh ke belakang karena ada yang akan mengikuti jika melanggar.
Namun, Bagas dan teman-temannya tetap melanjutkan pendakian tanpa memperdulikan peringatan tersebut.
Mereka pun mulai mengalami kejadian mistis. Disesatkan dan diteror oleh penunggu Gunung Madyopuro, pendakian yang awalnya menyenangkan berubah menjadi mimpi buruk. Ketegangan semakin memuncak saat mereka menyadari bahwa salah satu dari mereka bukan manusia.
Mereka mulai saling curiga dan menuduh siapa yang sebenarnya hantu di antara mereka.
.jpg)
.jpg)
.jpg)
