Anak Korban Pembunuhan Berencana di Bekasi Mengaku Sengaja Bikin Skenario Palsu Kematian Sang Ayah

Rabu 24 Jul 2024, 14:51 WIB
Proses ekshumasi pembongkaran area makam bos aksesoris di Setu, Kabupaten Bekasi. (Dok: Warga Setu, Bekasi)

Proses ekshumasi pembongkaran area makam bos aksesoris di Setu, Kabupaten Bekasi. (Dok: Warga Setu, Bekasi)

BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Pembunuhan berencana terhadap Asep Saepudin (43) di Kabupaten Bekasi, tengah menjadi sorotan masyarakat. Ini tak lepas dari dua tersangka yang merupakan anak kandung dan istri.

Asep Saepudin sendiri adalah warga Kampung Serang, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi. Kasus pembunuhan berencana kepada dirinya ini pun memunculkan fakta lain.

Adik Asep Saepudin, Wahyudi, mengatakan, para tersangka pembunuhan berencana itu sempat berbohong soal kematian ayahnya. Proses kematian Asep Saepudin rupanya sudah diatur dengan skenario palsu.

Awalnya, Asep Saepudin disebut sudah meninggal dunia karena sakit. "Dikabari, saat itu saya lagi di klinik. Saya langsung pulang, dan melihat almarhum sudah kaku, ada memar di mata sebelah kanan dan bibirnya kayak robek," kata Wahyudi, Rabu, 24 Juli 2024.

Melihat tubuh korban memar, Wahyudi diberi tahu oleh kakaknya tentang penyebab kematian, bahwa sebelum meninggal Asep Saepudin sempat cekcok.

"Katanya berantem kena lemari, saya langsung interogasi Silviana (anak korban) kata Silviana 'ya itu berantem kena lemari, katanya bapak selingkuh, transfer uang ke cewek terus mama (istri korban) jadi berantem," ucap Wahyudi menirukan kronologi keterangan kakaknya dari Silviana.

Silviana, putri Asep Saepudin, mengaku memisahkan orangtuanya. Saat itu korban terpental dan kepalanya membentur lemari dan jatuh hingga meninggal dunia.

"Katanya Silviana sampai misahin sampai terpental, dan bapak (Asep Saepudin) jatuh, akhirnya kena lemari," paparnya.

Kematian Asep Saepudin sempat diperdebatkan karena orang tua korban meminta agar ikhlas menerima meski Wahyudi meminta untuk diekshumasi atau dibongkar lagi makamnya.

Belasan hari, Wahyudi mengumpulkan informasi mengenai kematian korban, kemudian muncul titik terang bahwa di HP Asep, ternyata sempat dihubungi oleh pihak pinjaman online mengenai tagihan.

"Akhirnya H+12 (setelah kematian) saya dapat telpon dari Pinjol bahwa almarhum ada tagihan, saya bilang beliau sudah meninggal," jelasnya.

Berita Terkait
News Update