JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Salah satu peristiwa bersejarah pada bulan Muharram adalah anjuran pelaksanaan puasa Tasu’a Asyura yang mengandung banyak keutamaan dan hikmah.
Pada hari Asyura, Allah menurunkan rahmat Allah untuk pertama kalinya. Dan pada hari itu juga Nabi Musa menerima kitab Taurat dari Allah swt.
Allah Swt memberikan banyak keutamaan pada Bulan Muharram, yang juga menjadi salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam.
Di antara keutamaannya adalah kesunnahan puasa pada 9 (Tasu’a) dan 10 Muharram (Asyura). Sebab, bulan Muharram merupakan bulan mulia setelah Ramadan untuk melakukan puasa.
Melansir laman Muhammadiyah, berdasarkan kriteria Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), awal bulan Muharram 1446 H jatuh pada Ahad, 7 Juli 2024.
Karenanya, umat Islam dapat melaksanakan puasa Tasu’a Asyura pada 9 dan 10 Muharram yang jatuh pada Senin dan Selasa, 15-16 Juli 2024.
Puasa Tasu’a Asyura bukan hanya ibadah rutin, tetapi juga wujud rasa syukur dan takwa kepada Allah SWT. Melaksanakannya berarti diingatkan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan.
Landasan Pelaksanaan Puasa Tasu’a Asyura
Amalan yang disunnahkan ini memiliki dasar yang jelas, yankni berdasarkan dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satunya dalam hadis dari ‘Aisyah R.A. ini:
“Diriwayatkan bahwa orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliah sudah melakukan puasa ‘Asyura. Kemudian, Rasulullah SAW memerintahkan agar tetap melaksanakan puasa ‘Asyura hingga diwajibkannya puasa Ramadan.”
“Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ingin melakukan puasa ‘Asyura, silakan, dan barang siapa yang tidak ingin melakukannya, silakan berbuka.” (Hadis Muttafaq ‘alaih)
Hadis lain menyebutkan dasar puasa Tasua, yakni dari Ibnu Abbas R.A, diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, mereka berkata:
“Wahai Rasulullah, hari ‘Asyura itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa [juga] pada hari yang kesembilan.”
Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: “Tetapi sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah SAW telah wafat.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud).
Keutamaan dan Hikmah Puasa Tasu’a Asyura
Puasa Tasu’a Asyura memiliki hikmah mendalam dan nilai-nilai spiritual di dalamnya. Puasa Asyura mengajarkan perjuangan melawan kezaliman dan kemenangan atas kejahatan dengan pertolongan Allah.
Dan puasa Tasu’a menegaskan pentingnya membedakan ibadah Islam dari praktik keagamaan lainnya dan memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk berpuasa pada dua hari berturut-turut dalam merenungkan peristiwa bersejarah.
Keutamaan melaksanakan puasa sunah ini adalah terhapusnya dosa setahun yang lalu. Ini berdasarkan hadis dari Qatadah R.A. Ia berkata: Rasulullah saw pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah.
Beliau menjawab: “Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dan beliau ditanya lagi tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang lalu.” (HR. al-Jama’ah, kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi).
Namun, dosa yang diampuni melalui puasa Tasu’a Asyura ini adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa besar seperti syirik.
Sebab, puasa ini memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk merenungkan perbuatan-perbuatan masa lalu, berintrospeksi, dan memohon pengampunan dari Allah swt.