“Diharapkan para elit politik Jerman akan mempertimbangkan kembali apakah langkah yang merusak dan berbahaya tersebut, yang tidak memberikan kontribusi apa pun bagi keamanan Republik Federal Jerman maupun benua Eropa secara keseluruhan, merupakan tindakan yang bijaksana,” kata Sergei Nechayev.
Di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menekankan bahwa keputusan ini mengatasi kesenjangan serius dalam kemampuan pertahanan Jerman. Berlin kini hanya memiliki rudal jelajah yang dapat ditembakkan oleh pesawat.
Sejalan dengan kritik yang bermunculan di dalam negeri, pengumuman penempatan rudal AS itu telah mengundang reaksi keras di Jerman, membawa kembali kenangan pahit era Perang Dingin.
Ralf Stegner, anggota parlemen dari Partai Sosial Demokrat Scholz, mengkhawatirkan bahwa keputusan tersebut dapat memicu perlombaan senjata baru, membuat dunia menjadi semakin berbahaya.
"Hal ini tidak akan membuat dunia lebih aman. Sebaliknya, kita sedang memasuki spiral di mana dunia menjadi semakin berbahaya," kata Stegner memperingatkan.
Senada dengan Stegner, Sahra Wagenknecht, tokoh sayap kiri terkemuka di Jerman, menyatakan bahwa penempatan rudal AS meningkatkan risiko Jerman menjadi medan perang.
Penempatan rudal balistik Pershing II AS di Jerman Barat pada tahun 1980-an pada puncak Perang Dingin memicu demonstrasi besar-besaran.
Namun, setelah berakhirnya Perang Dingin, AS mengurangi jumlah rudal yang ditempatkan di Eropa karena ancaman dari Moskow mereda.
Kini, negara-negara NATO, dipelopori oleh AS, berupaya memperkuat pertahanan mereka di benua biru itu menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.