"Inisialnya GB, TI, CE dari SMP dan RU serta SE dari pihak SMA. Mereka berperan mulai dari melobi orang tua siswa, mengkondisikan di SMA yang dituju, hingga mengotak-atik nilai agar bisa lolos," sebutnya.
Karena masalah ini, dia memutuskan untuk sementara tidak menyekolahkan anaknya.
"Saya tidak mau tunduk pada sistem pendidikan yang diatur oleh sindikat yang mencari keuntungan dari peserta didiknya," katanya.
Terpisah, Ketua Unit Satuan Tugas Sapu Bersih (Saber) Pungutan Liar (Pungli) Garut, Kompol Dhoni Erwanto, mengatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi dari masyarakat terkait permasalahan PPDB yang dialami orang tua siswa tersebut.
Namun, Wakapolres Garut ini menjelaskan bahwa pihaknya sudah menerima dua informasi lain dari masyarakat dan sedang dalam proses penyelidikan.
"Sampai hari ini, kami tim Saber Pungli belum menerima laporan resmi dari masyarakat terkait masalah di sekolah-sekolah. Tapi ada info yang masuk dan akan kita tindak lanjuti kebenarannya, terkait yang pertama zonasi kedua masih dalami kaitan dengan masuknya ke salah satu sekolah itu menggunakan uang," kata Dhoni.
Ia mengatakan, pihaknya segera melakukan penyelidikan yang hasilnya akan ditindaklanjuti pihak Saber Pungli.
“Hasil penyelidikan nanti akan menjadi pembahasan Satgas Saber Pungli. Termasuk berkaitan dengan hukuman untuk pelakunya,” tandasnya.