UNCHR Indonesia Buka Suara Soal Keberadaan Pengungsi WNA Dirikan Tenda di Jaksel

Senin 01 Jul 2024, 21:17 WIB
Suasana tempat para pencari suaka yang di kawasan Kuningan, Jaksel. (Poskota/Pandi)

Suasana tempat para pencari suaka yang di kawasan Kuningan, Jaksel. (Poskota/Pandi)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - United Nations High Commissioner for Refugees (UNCHR) buka suara soal pengungsi WNA yang mendirikan tenda di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Associate Communications Officer UNCHR Indonesia, Mitra Suryono mengatakan, bahwa sebagian dari puluhan pengungsi WNA itu sudah berstatus refugee atau pengungsi, yang lain menunggu jadwal registrasi.

"Namun hal ini tidak menjadi masalah karena berdasarkan PerPres no.125/2016 mereka tetap diberikan perlindungan yang sama di Indonesia sebagai pengungsi," kata Mitra kepada wartawan, Senin, 1 Juli 2024.

Mitra berujar bahwa keberadaan puluhan pengungsi WNA tersebut dalam kondisi yang memprihatinkan. Pasalnya dalam kesehariannya, pengungsi banyak menemukan kesulitan.

"Apakah itu dalam hal pemenuhan kebutuhan, pemenuhan hak mereka atau dalam pencarian solusi jangka panjang bagi mereka," paparnya.

Ditambah lagi, pada saat bersamaan, puluhan pengungsi tetap harus menjaga ketertiban dan mengikuti peraturan atau hukum yang berlaku.

Mitra menuturkan, pihaknya secara rutin memberikan konseling kepada mereka dan mengingatkan bahwa mereka tidak kebal hukum.

"Mereka wajib menjaga ketertiban umum dan apabila mereka mengganggu atau melanggar ketertiban, mereka dapat ditindak oleh pihak otoritas," tuturnya.

Salah satu pengungsi asal Myanmar, Muhammad Amin (29) mengatakan dirinya kurang lebih sudah 12 tahun berada di Indonesia.

"Saya sudah 9 bulan sekarang di sini (Jakarta) pakai tenda di sini tidur. Sebelumnya saya di Makassar," kata Amin.

Amin sengaja datang ke Jakarta untuk meminta haknya yaitu terkait nasib dirinya. Di Makassar, Amin tinggal sembilan tahun di sana.

"Jadi jumlah sudah 12 tahun di Indonesia," ucapnya.

Sejak 2013 Amin sudah menetap Indonesia usai kabur lantaran berada di negara konflik di perbatasan Bangladesh.

Saat ini ibu Amin masih berada di Bangladesh, ssmentara sang ayah sudah tewas tertembak.

"Saya di negara parah (kondisi tidak aman), dibunuh habis-habis bangsa saya, itu kasih bom malam, bakar-bakar rumah," kata Amin yang masih kental dengan bahasa Myanmar.

Selama tinggal di Indonesia, Amin mengaku mendapat bantuan dari masyarakat untuk makan dan minum.

Kedatangan Amin ke Jakarta bersama puluhan pengungsi lainnya untuk meminta hak dan keadilan.

Amin sendiri meminta agar dirinya dikembalikan ke negara asalnya, yakni Myanmar.

"Kedua kasih negara K3, nomor tiga kasih warga negara Indonesia. Kalau bisa pertama kembali ke negara saya, saya mau," harapnya.

"Kalau di sana juga tidak bisa, saya kan juga manusia, saya butuh hak saya, kasih warga negara Indonesia saya mau minta sama pemerintah," tambah Amin.

Ia berharap pemerintah dapat membantu ia dan puluhan pengungsi lain yang saat ini masih bertahan di tenda.

Di lokasi tampa pengungsi tinggal seadanya di tenda buatan mereka sendiri itu. Terpal dan peralatan mendirikan tenda ia minta dari warga.

Dengan bermodalkan tenda itu, puluhan pengungsi bertahan sambil menunggu kepastian. (Pandi)

Dapatkan berita pilihan editor dan informasi menarik lainnya di saluran WhatsApp resmi Poskota.co.id. GABUNG DI SINI

News Update