Kick Turbulensi Politik

Selasa 25 Jun 2024, 05:18 WIB
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari bersama anggota KPU saat memberikan keterangan kepada para saksi dari partai politik dalam rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 tingkat nasional di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2024). Pada hari ke-22 dalam rapat pleno itu, KPU telah mengesahkan seluruh perolehan suara Pemilu 2024 pada 38 provinsi di tingkat nasional.(Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari bersama anggota KPU saat memberikan keterangan kepada para saksi dari partai politik dalam rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 tingkat nasional di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2024). Pada hari ke-22 dalam rapat pleno itu, KPU telah mengesahkan seluruh perolehan suara Pemilu 2024 pada 38 provinsi di tingkat nasional.(Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

ADA beragam istilah politik yang sering kita dengar di tahun politik belakangan ini. Sebut saja manuver politik, dendam politik, dinasti politik, polarisasi politik, stabilitas politik dan turbulensi politik.
Dua kata terakhir merupakan dua makna yang berlawanan. 

Stabilitas politik dapat dimaknai kondisi politik yang stabil tanpa diwarnai adanya gejolak politik, sementara turbulensi adalah kebalikannya. Suasana yang politik tidak menentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), turbulensi berarti gerak bergolak tidak teratur.

Dalam penerbangan dikenal juga istilah turbulensi yang ditandai oleh getaran atau goncangan saat pesawat sedang mengudara. Meski umumnya turbulensi tidak berbahaya bagi pesawat dan penumpangnya, tetapi menimbulkan ketidaknyamanan, boleh jadi perasaan was-was bagi sementara penumpangnya.

Begitu juga dengan turbulensi politik. Boleh jadi tidak membahayakan, tetapi bisa menimbulkan dampak negatif bagi pelaksanaan program pembangunan di tanah air.

Tidak itu saja, perasaan was-was bagi investor. Mungkin saja investor asing akan menahan diri, atau mengevaluasi kembali investasinya, jika turbulensi politik tiada henti.

Seperti halnya turbulensi pesawat, kalau terjadi sesaat akibat cuaca buruk, penumpang kembali nyaman, apalagi jika sang pilot dan co pilot dan krunya mampu menenangkan penumpangnya. Tetapi jika turbulensi berkelanjutan, sering terjadi selama dalam perjalanan, dapat diduga penumpang menjadi panik dan ketakutan.

Acap terjadi turbulensi pesawat akibat faktor eksternal, seperti perbedaan suhu dan tekanan udara, badai, jet stream dan topografi.

Lantas bagaimana dengan turbulensi politik? Jawabnya bisa beragam sudut pandang. Tetapi, turbulensi politik terjadi karena suhu politik dalam negeri, bukan dari luar. Kalaupun pengaruh dunia, disebut geopolitik.

Faktor internal itulah penyebab utama turbulensi politik dalam negeri. Karenanya menjadi tanggung jawab bersama semua anak bangsa, bagaimana menciptakan stabilitas politik guna mencegah terjadinya turbulensi.

Kami meyakini, semua berharap stabilitas terjaga dengan baik, lebih-lebih di masa transisi sekarang ini. Ini menjadi tugas kita semua karena tak satu pun yang berharap adanya turbulensi.

News Update