Mobil Keluarga Hind Rajab Ditembak Tank Militer Israel dari Jarak Dekat, Menurut Hasil Investigasi

Senin 24 Jun 2024, 21:35 WIB
Di luar Stadion Dalymount di Dublin, sebuah mural yang sangat istimewa dilukis oleh #emmaleneblake. Tentang Hind Rajab, seorang gadis Palestina berusia enam tahun yang dibunuh oleh militer Israel.(Foto: X Twitter @Sport4Palestina)

Di luar Stadion Dalymount di Dublin, sebuah mural yang sangat istimewa dilukis oleh #emmaleneblake. Tentang Hind Rajab, seorang gadis Palestina berusia enam tahun yang dibunuh oleh militer Israel.(Foto: X Twitter @Sport4Palestina)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Sebuah tank Israel menembaki mobil keluarga gadis Palestina berusia enam tahun bernama Hind Rajab dari jarak dekat.

Selain itu, sebuah peluru tank langsung mengenai ambulans yang dikirim untuk membantu mengevakuasi Hind Rajab, menurut hasil investigasi.

Pembunuhan anak tersebut dan keluarganya yang berada di dalam di Kota Gaza pada akhir Januari memicu kecaman internasional.

Hind Rajab yang selamat dari penembakan awal, memohon bantuan saat kehabisan darah di antara mayat kerabatnya yang meninggal saat menelepn paramedis dan ibunya selama tiga jam.

Dalam sebuah film dokumenter tentang pembunuhan warga sipil dalam perang di Gaza, Fault Lines TV Al Jazeera menyajikan rekonstruksi rinci atas insiden tersebut.

Gambar rekontruksi tersebut telah disusun bekerja sama dengan kelompok investigasi nirlaba, Arsitektur Forensik dan Earshot.

Penyelidikan mengungkapkan bahwa tank Israel kemungkinan hanya berjarak 13 hingga 23 meter jauhnya ketika tank tersebut menembaki Hind Rajab dan kerabatnya di dalam mobil mereka.

Melalui wawancara dengan anggota keluarga, pekerja Pertahanan Sipil Palestina dan petugas medis, film dokumenter ini memberikan gambaran video paling komprehensif tentang insiden itu hingga saat ini.

Ini juga untuk pertama kalinya merekonstruksi kemungkinan posisi tank Israel ketika menembaki mobil yang sedang ditumpangi oleh Hind Rajab.

Serta kemungkinan lintasan peluru tank yang menghantam ambulans dengan serangan langsung ketika datang bantuan tersebut untuk menyelamatkan Hind Rajab.

Militer Israel menolak menjawab pertanyaan Al Jazeera mengenai rincian insiden itu. Namun, bukti baru ini semakin membantah klaim sebelumnya oleh militer Israel bahwa pasukannya tidak ada di sana.

Yang mencengangkan, ambulans yang dikerahkan untuk membantu Hind Rajab diserang setelah mendapat persetujuan dari otoritas Israel, lengkap dengan peta dan rute yang disetujui.

Dua paramedis, Yousef Zeino dan Ahmad al-Madhoun, tewas dalam serangan terhadap ambulans yang hendak menyelamatkan anak kecil tersebut.

“Saya tidak akan pernah bertemu pahlawan seperti mereka lagi, mereka yang tahu bahwa mereka akan mati dan tetap pergi,” kata Omar al-Qam, petugas operator PRCS, yang ditelepon Hind Rajab.

'Perasaan Paling Sulit'

Butuh waktu 12 hari sebelum paramedis Palestina dan keluarga Hind Rajab berhasil mencapai lokasi serangan di Kota Gaza di bagian utara wilayah kantong tersebut.

Ibu Rajab, Wissam Hamada, mengatakan suara anak tersebut semakin pelan menjelang akhir panggilan telepon yang dilakukannya.

Wissam mengatakan bahwa Hind Rajab memberitahunya bahwa dia tidak dapat berbicara karena mulutnya berdarah, namun dia tidak ingin mengelapnya agar ibunya tidak kesulitan membersihkannya.

“Aku bilang padanya, 'Tidak apa-apa, bersihkan mulutmu dan aku akan mencucinya, sayangku.' Dia menyeka dengan lengan bajunya dan suara itu menghilang. Saat itu tepat jam 7 malam. Suara itu hilang sama sekali,” kata Hamada kepada Fault Lines.

“Perasaan tersulit di dunia adalah mendengar putri saya meminta saya untuk menjemputnya ketika saya tidak dapat menghubunginya. Sayangku, aku bersumpah, aku tidak bisa menghubungimu. Maafkan aku, sayang,” tambahnya.

Proses meninggalnya Hind Rajab akhirnya menimbulkan kecaman global, termasuk di Amerika Serikat yang mendukung agresi Israel di Gaza.

Salah satu dari dua penerbang aktif AS yang berusaha meninggalkan dinas militer dan menolak dukungan AS terhadap perang Israel mengatakan pembunuhan Rajab menandai titik balik baginya.

Fault Lines juga mengikuti keluarga-keluarga Palestina lainnya ketika mereka menceritakan pengalaman mengerikan dan perjuangan mereka untuk bertahan hidup di tengah agresi Israel yang tiada henti.

Berita Terkait

News Update