POSKOTA.CO.ID - Pencalonan Marshel Widianto sebagai calon wakil wali kota Tangerang Selatan (Tangsel) menuai kritik dari selebriti Nikita Mirzani. Marshel diusung Partai Gerindra maju di Pilkada Tangsel 2024.
Nikita dalam postingan di Instagram Story, mengatakan, ada banyak hal mengapa warga Tangsel jangan memilih Marshel. Salah satunya karena sikap Marshel yang ditunjukkan selama berkarier di industri hiburan.
"Jangan dipilih guys. Untung KTP gua udah Jaksel. Kalau Tangsel, Marshel gak akan gua pilih. Jujur gua gak punya masalah sama Marshel, tapi karena gua kecil dan besar di Tangsel, gua harus ngomong untuk mengamankan warga Tangsel," kata Nikita, dikutip dari akun instagramnya, Sabtu (22/6/2024).
Nikita menjelaskan, Marshel adalah pelawak yang diambil oleh Denny Cagur yang akhirnya dikhianati oleh Marshel Widianto. Bahkan dia juga tidak pernah tepat waktu dalam pekerjaan.
"Pokoknya di pekerjaan, dia gak bagus. Akhirnya sudah tidak dipakai lagi di stasiun TV mana pun, karena attitude yang tidak bagus dan tidak baik," ujarnya.
Marshel, kata Nikita, juga raja gimmick dan settingan. "Masa sih warga Tangsel mau dipimpin wakil wali kota yang raja gimmick dan settingan?," katanya.
Nikita juga menyebut Marshel selalu mendekati orang-orang kaya atau orang berpengaruh di Jakarta untuk kebutuhannya sendiri, alias penjilat. Nikita mengatakan, Marshel sudah merosot namanya karena attitude yang ia buat sendiri dan tidak tahu diri.
"Ini menurut orang-orang yang syuting sama dia dan menurut kru-kru di stasiun TV. Dan itu juga gua lihat pakai mata kepala gua sendiri, betapa banyak orang yang benci sama dia karena sifat gak tahu dirinya dan attitude-nya. Padahal dia bukan siapa-siapa, apalagi namanya sudah merosot jauh ke lantai," katanya.
Dalam video itu, Nikita berharap Partai Gerindra mengganti calon wakil wali kota Tangsel yang diusung pada Pilkada 2024.
"Mudah-mudahan Partai Gerindra bisa memilih lagi kadernya untuk menjadi wakil wali kota Tangsel," tutur Nikita.
Dia juga heran mengapa Partai Gerindra mau mengusung Marshel Widianto. "Sangat tidak masuk akal. Banyak anak muda di berbagai macam partai yang kadernya lebih bagus lebih pintar dan lebih berhak," ujarnya.