JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji menyebut rekayasa cuaca dapat menekan polusi udara polusi udara yang buruk.
Isnawa mengatakan, rekayasa cuaca sudah dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hingga Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Dalam pelaksanaannya, rekayasa cuaca dapat dilakukan saat musim hujan maupun musim kemarau dengan metode teknologi yang ada.
"Kalau di musim kemarau, tujuannya kan menghadirkan hujan ya, caranya adalah dia mengejar pertumbuhan awan hujan, jadi kalau ada pertumbuhan awan hujan yang berpotensi bisa menghasilkan hujan itu akan dilakukan modifikasi cuaca," kata Isnawa melalui sambungan telepon, Jumat, 21 Juni 2024.
Nantinya BRIN ataupun BMKG yang mengetahui pertumbuhan cuaca akan melakukan rekayasa cuaca dengan menerbangkan pesawat untuk menebar garam.
"Mereka akan melakukan rekayasa dengan menebarkan misalnya garam, dan lain-lain itu di awan hujan tadi, dikejar, kan ada prediksi-prediksi cuaca dari BMKG. Semua ada perencanaan, misalnya dilakukan minggu depan, sesuai dengan prediksi cuaca," paparnya.
"Jadi termasuk supaya gak kemarau banget, gak cuaca ekstrim, supaya gak ada polutan, kira-kira begitu," tambah Isnawa.
Sebelumnya, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan rekayasa cuaca untuk menekan polusi udara yang kian memburuk.
"Jadi BPBD saya minta untuk bisa melakukan beberapa rekayasa cuaca supaya bisa menurunkan masalah situasi kondisi Jakarta saat ini," kata dia.
Berdasarkan catatan dari situs IQ Air, Jakarta menempati posisi kedua kualitas udara yang buruk dari kota-kota lain di Indonesia. Bahkan IQ Air menyatakan kualitas udara du Jakarta tidak sehat.
Situs IQ Air yang dilihat per Jumat 21 Juni 2024 menyebutkan, indeks kualitas udara di Jakarta mencapai 159 AQI US. Adapun polutan utama yaitu PM2.5. (Pandi)