Seruan All Eyes on Papua Menggema di Media Sosial, Jadi Aksi Masyarakat untuk Jaga Hutan Adat

Jumat 07 Jun 2024, 23:08 WIB
Seruan All Eyes on Papu menggema di sejumlah media sosial hingga viral. (Foto: Net)

Seruan All Eyes on Papu menggema di sejumlah media sosial hingga viral. (Foto: Net)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Setelah All Eyes on Rafah, media sosial kembali diramaikan dengan kampanye baru bernama All Eyes on Papua

Dalam seruan tersebut, banyak poster tentang Papua yang kini semakin ramai digaungkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di media sosial.

Ramainya orang yang men-share poster itu sama dengan upaya masyarakat global yang menyuarakan penderitaan warga Palestina yang dibombardir oleh serangan Israel.

Arti All Eyes on Papua dalam bahasa Indonesia berarti semua mata tertuju pada Papua. Maksudnya, hal ini adalah upaya agar masyarakat peduli dengan apa yang tengah terjadi di Papua.

Memangnya apa yang terjadi di Papua? Saat ini, masyarakat Indonesia diminta melek dan membantu dalam aksi untuk mempertahankan hutan di Papua.

Sebab yang terjadi saat ini di Papua bukanlah masalah yang sederhana, melainkan masalah yang sangat krusial bagi masyarakat Papua.

Dikabarkan bahwa hutan di Papua yang bertepatan di Boven Digoel, yang luasnya 36 ribu hektar atau lebih luas dari separuh luasnya Jakarta akan dibabat habis untuk dibangun perkebunan sawit.

Pembabatan yang akan dilakukan oleh PT Indo Asiana Lestari ini dianggap sebagai sebuah hal yang akan merusak banyak hal di Papua, termasuk ekosistem alam.

Bahkan, masyarakat adat suku Awyu di Boven Digoel, Papua Selatan dan suku Moi Sorong, Papua Barat Daya, rela turun gunung untuk melakukan aksi demo kepada Mahkamah Agung.

Dalam tuntutannya, mereka mengatakan bahwa masyarakat Papua menolak pembangunan perkebunan sawit di Papua oleh para oknum yang bersangkutan.

Hal ini karena hutan yang ada di Papua dan akan dibabat tersebut merupakan salah satu hutan adat, yang merupakan tempat tinggal mereka secara turun-menurun.

Tak hanya itu, hutan tersebut juga telah menjadi salah satu sumber penghasilan hidup bagi masyarakat Papua yang ada di sana.

Oleh karena itu, jika hutan tersebut hilang dan benar-benar dijadikan perkebunan sawit, maka salah satu dampak merugikannya adalah sumber air yang ikut menghilang.

Dan masyarakat Papua tidak ingin hal itu terjadi. Demi aksi menolak perkebunan sawit itu, masyarakat Papua melakukan perjalanan jauh dari Papua ke Jakarta dengan waktu tempuh selama 48 jam.

Hingga akhirnya aksi tersebut ramai diperbincangkan di media sosial, dan membuat para netizen ikut geram dengan adanya kasus tersebut.

Karenanya, seruan tagar All Eyes on Papua adalah salah satu bentuk aksi yang terus digaungkan di media sosial agar rencana proyek tersebut tidak terjadi, dan hutan Papu tetap lestari.

 

Berita Terkait

News Update