Mr Prabowo, Oposisi Itu Bukan Mengganggu

Kamis 16 Mei 2024, 07:00 WIB
Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tiba di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat (24/4/2024). Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI akan menetapkan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai presiden dan wakil presiden terpilih hasil Pilpres 2024 pada Rabu melalui rapat pleno terbuka.Poskota/Ahmad Tri Hawaari

Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tiba di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat (24/4/2024). Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI akan menetapkan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai presiden dan wakil presiden terpilih hasil Pilpres 2024 pada Rabu melalui rapat pleno terbuka.Poskota/Ahmad Tri Hawaari

Presiden terpilih, Prabowo Subianto telah memberikan pernyataan yang menimbulkan polemik di masyarakat luas. Banyak pihak menilai, pernyataan Prabowo itu ditujukan kepada pihak oposisi, terutama PDIP, karena selama ini pihaknya sudah berusaha bertemu dengan Megawati Soekarnoputri, Ketum PDIP, namun belum juga diladeni.

Dalam pidato di hadapan Rakornas PAN di Jakarta, 9 Mei 2024 itu, Prabowo meminta kepada pihak yang tidak mau diajak kerja sama untuk tidak mengganggu. Prabowo mengaku akan terus berjuang dengan orang-orang yang mau diajak kerja sama.

Prabowo tidak mempermasalahkan jika ada pihak yang tidak mau diajak kerja sama. Dia menyatakan akan berjuang terus bersama semua kekuatan yang mau diajak kerja sama. Yang tidak mau diajak kerja sama tidak apa-apa. Dia mempersilakan pihak yang tidak mau kerja sama menonton asalkan jangan mengganggu.

"Kalau ada yang mau nonton di pinggir jalan, silakan jadi penonton yang baik. Tapi kalau sudah tidak mau diajak kerja sama, ya jangan mengganggu. Orang lagi pada mau kerja kok,” katanya.

Jelas saja, pernyataan Prabowo itu banyak mendapat tanggapan, salah satunya adalah dari kritikus politik Rocky Gerung, yang menilai presiden terpilih itu telah mulai muncul sikap otoriternya. Dia meminta Prabowo menjelaskan apa yang dimaksud dengan: jangan mengganggu. Rocky menyatakan, esensi demokrasi itu adalah kebisingan suara kritik dan perdebatan, dan itu bukan untuk mengganggu.

Kalau kita simak, dalam demokrasi ada yang namanya sikap beroposisi, sebagai lawan pemerintah. Oposisi bisa datang dari parpol, namun juga bisa juga dari individu-individu, LSM, dan mahasiswa.

Oposisi secara formal di Parlemen dan di luar Parlemen juga bukan musuh. Tapi lawan bertanding. Musuh dan lawan adalah berbeda. Dalam olahraga biasa disebut lawan,  bukan musuh. Lantas ada lawan tanding (sparring partner). Dalam olahraga, kalau atlet atau tim tidak ada lawan tanding, maka tidak berkembang, tidak bisa diketahui sampai dimana perkembangannya.

Oposisi bagai lawan tanding bagi pemerintah, yakni memberi kritik-kritik kepada pemerintah, itu ibarat atlet atau tim olahraga berlatih tanding dengan sparring partner.

Oposisi bertugas memberi koreksi kepada pemerintah. Namanya lawan juga tidak seperti pendukung yang ikut semua yang diinginkan pemerintah. Kalau pemerintah salah lalu oposisi memberi kritik untuk perbaikan, itu namanya juga kerja sama. Kritik bisa sangat keras, kalau pemerintah bebal dan itu bukan mengganggu.

Begitulah mekanisme kerja sama dalam demokrasi, oposisi adalah sparring partner bagi pemerintah. Hal itu bisa dilihat misalnya dalam persidangan di komisi-komisi atau kelengkapan DPR lainnya.

Fraksi dari partai oposisi memberi kritikan keras kepada kebijakan-kebijakan pemerintah. Para anggota PKS sering kali memberikan rilis kepada wartawan soal sikap fraksi itu terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat, dan juga bisa merugikan negara.

Berita Terkait
News Update