Kopi Pagi Harmoko: Semangat Menenggang Rasa

Senin 13 Mei 2024, 06:23 WIB

Menenggang di sini, diartikan mengindahkan kepentingan orang lain atau mempertimbangkan perasaan orang lain. Yang memenangkan kontestasi menenggang sikap dan atraksi politik yang dilakukan oleh dari pihak yang kalah. Sebaliknya, yang kalah pun menenggang atraksi dari pihak yang menang untuk mempersiapkan pemerintahan baru mendatang. Artinya, bukan saling  menyalahkan, bukan pula mencibir dan mencaci-maki atas sikap dan atraksi politik yang berbeda, lantas dikait- kaitkan dengan soal kalah dan menang.

Pilpres memang telah berakhir dengan hasil yang sudah sama – sama kita ketahui, tetapi proses politik akan terus berjalan mengawal pemerintahan mendatang.

Semangat saling menenggang dalam melakukan atraksi politik inilah yang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan para elite,di masa transisi seperti sekarang ini. Mengingat, masa transisi memerlukan harmoni, keselarasan untuk menggerakkan potensi nasional, termasuk kearifan lokal dalam membangun bangsa menuju Indonesia Emas.

Dengan saling menenggang membuat kita tidak mudah marah, tidak memaksakan pendapat atau pun menolak pendapat pihak lain yang berbeda.

Dengan saling menenggang akan membangun kerukunan masyarakat, memunculkan nasionalisme dan memperkokoh kesatuan Indonesia di atas keberagaman.

Menjunjung tinggi  tenggang rasa atau “tepo seliro” bukan saja menjadi hal penting di dalam mewujudkan harmoni kehidupan, namun juga akan menjadikan setiap diri mencapai martabat yang baik di hadapan manusia dan Tuhannya, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini. 

Sebagaimana pepatah Jawa lain mengajarkan ; “ajining diri dumunung soko lathi”--tingginya martabat seseorang tergantung (berasal) dari tingkah laku kesehariannya sendiri. (Azisoko).
 
 

Berita Terkait

Kopi Pagi Harmoko: Budaya Beretika (1)

Kamis 16 Mei 2024, 08:00 WIB
undefined

News Update