ADVERTISEMENT

Target Nol Kematian DBD pada 2030 Harus Tercapai

Kamis, 18 April 2024 05:00 WIB

Share
Ilustrasi DBD. (ist)
Ilustrasi DBD. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

KASUS demam berdarah dangue (DBD) di Indonesia melonjak sejak belakangan. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, hingga Februari 2024 ada sebanyak 38.462 orang terjangkit. Provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi adalah Jawa Barat (10.428), Jawa Timur (3.638), Jawa Tengah (3.152), Sulawesi Utara (2.763), dan Kalimantan Tengah (2.309).

Adapun, lima kabupaten/kota dengan kasus kematian tertinggi adalah Jepara, Jawa Tengah; Kabupaten Bandung, Jawa Barat; Subang, Jawa Barat; Kendal, Jawa Tengah; dan Blora, Jawa Tengah.

Dari total 316 kematian hingga Februari 2024, sebaran tertinggi kasus kematian DBD Indonesia terjadi di Jawa Barat (94), Jawa Tengah (77), Jawa Timur (37), Kalimantan Tengah (13), dan Sumatra Selatan (13).

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, menyebut  sejumlah faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kasus penyakit akibat nyamuk aedes aegypti ini adalah perubahan curah hujan di Indonesia dan fenomena El Nino.

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue. Virus ini umumnya dibawa melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Merangkum berbagai sumber, virus ini memiliki masa inkubasi dalam tubuh manusia. Biasanya, gejala akan muncul setelah 4-7 hari paparan virus.

Orang yang terinfeksi akan mengalami tiga fase, mulai dari demam tinggi, kritis, hingga pemulihan. Namun demikian, fase kritis perlu menjadi perhatian. Pada fase ini, banyak orang kehilangan nyawa akibat DBD.

Tingginya kasus DBD hingga jatuhnya korban jiwa mendapat  perhatian banyak pihak, tak terkecuali juga para anggota legislatif di Senayan. Mereka pun bahkan menyerukan lawan DBD dan mendesak Kemenkes gencarkan sosialisasi vaksinasi hingga kampanye 3M Plus.

Kampanye 3M Plus merupakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terdiri dari menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.

Selain itu Plus-nya antara lain berupa menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memeriksa tempat-tempat penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk.

Sejumlah langkah itu tentu harus benar-benar segera direalisasikan, dan juga harus berkesinambungan agar target menuwudkan Indonesia nol kasus kematian demam berdarah dangue (DBD) pada tahun 2030 dapat tercapai. Artinya, diharapkan tidak ada lagi kasus kematian akibat DBD mulai 2030 dan seterusnya. (*)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT