Tak Cukup dengan Kata Maaf

Senin 15 Apr 2024, 09:06 WIB

Ini perlu keteladanan dari para elite politik, yang tidak terhenti pada aktivitas saling berkunjung, saling meminta dan memberi maaf, tetapi tindakan konkret setelah membangun silaturahmi.

Lagi pula, derajat moral seseorang, tak terkecuali pemimpin siapa pun dia akan tercermin dari tiga hal, yakni lisan (ucapan), perbuatan dan selarasnya ucapan dengan perbuatan. 
Tentu, ucapan dan perbuatan yang baik. Memberikan inspirasi serta memotivasi masyarakat memecahkan segala persoalan bangsa. Membangun, bukan merusak. Menyatukan, bukan memecah-belah persatuan. 

Menyadari adanya kekurangan dan kelemahan, bukan selamanya melebih-lebihkan dengan menonjolkan kekuatan dan kehebatan. Bukan pula secara terus menerus menjelek-jelekkan dan mencari-cari kesalahan orang lain, sementera lupa atas kesalahan dan kekurangan diri sendiri.

Bukankah saling memaafkan itu dimaksudkan untuk menata masa depan menjadi lebih baik lagi, dengan melupakan beragam persoalan masa lalu yang menyertainya.
Keteladanan semacam ini yang hendaknya dipertontonkan kepada publik sebagai tuntunan, di era transisi seperti sekarang ini.

Terpenting, setelah berbuat salah dan khilaf sesegera mungkin meminta maaf dan memperbaikinya melalui perbuatan nyata, bukan sebatas retorika.

Ini perlu diwujudkan oleh setiap orang, utamanya tokoh bangsa, elite politik dan pejabat negeri melalui keteladanan. 
Bukan sebatas komentar yang tidak diikuti dengan perbuatan seperti sering dikatakan dengan istilah “ perbuatan tak sesuai ucapan” atau “Ucapan tidak sepadan dengan perbuatan” bisa juga “Tidak satunya kata dengan perbuatan”. (Azisoko).

News Update