ADVERTISEMENT

Cerita Duka Pemudik, Mobil Mogok Terpaksa Pisah Dengan Isteri dan Anak di Cilegon, Banten

Sabtu, 6 April 2024 04:48 WIB

Share
Haris Maysandi, pemudik asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang terpaksa meninggalkan kendaraannya karena mogok. (haryono)
Haris Maysandi, pemudik asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang terpaksa meninggalkan kendaraannya karena mogok. (haryono)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

CILEGON, POSKOTA.CO.ID - Lebaran Idul Fitri tahun ini tinggal menghitung hari. Setiap harinya ribuan kendaraan, baik roda dua maupun mobil pribadi bergerak dari Jakarta menuju Banten. 

Diantara hiruk pikuk pemudik di Pelabuhan Ciwandan dan Merak, Kota Cilegon ada sejumlah kisah menarik yang bisa menginspirasi para perantau untuk tetap semangat pulang ke kampung halaman.

Haris Maysandi (35 tahun) seorang pemudik asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terpaksa terpisah dengan anak dan istrinya, lantaran mobil yang ia kendarai mogok di tengah jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Cilegon. 

Haris dan keluarga berencana menyeberang melalui Pelabuhan Merak tujuan Kota Palembang, Sumatera Selatan, tempat kampung halamannya berasal untuk merayakan lebaran Idul Fitri.

"Mobilnya sudah tua, tahun 2008. Mogok karena blow engine. Saya sedih karena memikirkan tiket kapal yang sudah dibayar secara online. Anak dan istri saya sudah saya antar tadi ke pelabuhan (Merak) nyebrang duluan," katanya sambil meratapi mobilnya yang ia titipkan pada sebuah pelataran parkir toko material di Kota Cilegon, Jumat 5 April 2024, malam.

Haris sampai ditenangkan oleh warga sekitar lantaran sempat uring-uringan. Dia mengaku takut uang yang disiapkan tidak cukup untuk kebutuhan lebaran nanti. 

Kendati demikian, akhirnya dia pun memutuskan untuk meninggalkan kendaraannya di sana dan menyusul dengan angkutan umum akibat takut tidak bisa tepat waktu sampai di kampung halaman.

Lain halnya dengan Haris, di Pelabuhan Ciwandan, Kota Cilegon, Adit, seorang pengamen yang tinggal di Jakarta terlihat sumringah sambil memainkan gitarnya di trotoar jalan tempat motornya mengantre menuju pelabuhan. 

Hal ini karena adanya kebijakan contra flow yang dilakukan oleh polisi saat antrean roda dua ke kapal sudah overload.

"Alhamdulillah 9 tahun merantau di Jakarta, akhirnya tahun ini bisa pulang sambil bawa uang untuk usaha di sana. Saya mudik ke Kalianda, Lampung Selatan. Bawa motor berdua dengan adik saya. Kami mengamen di daerah Grogol, Jakarta Barat," ujar Adit.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT