ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
TIDAK seperti biasanya, usai buka puasa bersama di warteg langganan, mas Bro, lebih banyak diam dan mendengarkan obrolan sohibnya, Heri dan Yudi.
Hingga acara buka puasa berakhir, tak satu pun komentar dilontarkan untuk merespons obrolan.
“Tumben Bro, kamu nggak banyak omong. Biasanya rajin komen, apalagi kalau sudah menyangkut urusan politik,” kata Heri.
“Lagi puasa,” jawab mas Bro singkat.
“Loh kita kan barusan buka puasa bersama. Sudah membatalkan puasa dengan makan dan minum, terus sekarang puasa apaan malam hari gini,” kata Heri.
“Lagi kesambet ( terganggu) kali, sudah buka puasa bilangnya lagi puasa ,” tambah Yudi.
“Kalian nggak paham juga. Puasa lisan nggak kenal siang dan malam. Nggak kenal buka dan tutup juga. Puasa lisan harus tetap dijaga, nggak boleh batal.” kata mas Bro.
Kedua sohibnya baru ngeh, bahwa yang dimaksud “puasa lisan” versi mas Bro adalah menjaga lisan ( ucapan). Menjaga ucapan yang baik, harus dilakukan kapan saja, di mana saja.Tak kenal waktu siang dan malam.Tidak pula mengenal tempat.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT