Amira Jadoon, asisten profesor di Clemson University di South Carolina dan salah satu penulis The Islamic State in Afghanistan and Pakistan: Strategic Alliances and Rivalries, mengatakan Rusia dipandang sebagai lawan utama ISIS, dan Moskow telah menjadi fokus ISIS-K untuk “perang propaganda yang ekstensif”.
“Keterlibatan Rusia dalam perang global melawan ISIS dan afiliasinya, terutama melalui operasi militernya di Suriah dan upayanya menjalin hubungan dengan Taliban Afghanistan – saingan ISIS-K – menandai Rusia sebagai musuh utama ISIS/ISIS-K,” kata Jadoon.
Jika serangan Moskow dikaitkan dengan ISIS-K, kata Jadoon, kelompok milisi radikal tersebut berharap mendapatkan dukungan untuk berkembang menjadi organisasi teroris dengan pengaruh global. Hal ini dikarenakan mereka bisa melancarkan serangan di wilayah Rusia.
“ISK secara konsisten menunjukkan ambisinya untuk berkembang menjadi entitas milisi yang tanggu dengan mengarahkan agresinya terhadap negara-negara seperti Iran dan Rusia, ISK tidak hanya menghadapi kekuatan besar di kawasan tetapi juga menggarisbawahi relevansi politik dan jangkauan operasionalnya di panggung global,” kata Jadoon.
Melansir dari Aljazeera, Kabir Taneja, seorang peneliti di program Studi Strategis di Observer Research Foundation, sebuah wadah pemikir yang berbasis di New Delhi, India, mengatakan bahwa Rusia dipandang oleh ISIS dan afiliasinya sebagai “kekuatan salib melawan Muslim”.
“Rusia telah menjadi target ISIS dan bukan hanya ISKP (ISIS-K) sejak awal,” kata Taneja, penulis buku The ISIS Peril.
“ISKP menyerang kedutaan Rusia di Kabul pada tahun 2022, dan selama berbulan-bulan badan keamanan Rusia telah meningkatkan upaya mereka untuk menekan ekosistem pro-ISIS baik di Rusia maupun di sekitar perbatasannya, khususnya di Asia Tengah dan Kaukus,” katanya. .
Pada awal Maret, Dinas Keamanan Federal Rusia, yang lebih dikenal sebagai FSB, mengatakan pihaknya telah menggagalkan rencana ISIS untuk menyerang sinagoga di Moskow.
ISIS dan Rusia juga telah lama menjadi musuh di medan perang lain, seperti Suriah, di mana kekuatan udara dan dukungan Moskow untuk rezim Bashar al-Assad sangat penting dalam memukul mundur kemajuan yang dicapai para pejuangnya di tahun-tahun awal perang saudara.
Pasukan Rusia juga dituduh oleh kelompok hak asasi manusia dan front oposisi lainnya di Suriah melakukan pelanggaran dan tindakan berlebihan terhadap warga sipil melalui kampanye pengeboman mereka.
Hubungan dekat Moskow dengan Israel juga merupakan kutukan terhadap ideologi ISIS, kata Taneja.
“Jadi gesekan ini bukanlah hal baru secara ideologis, namun secara taktis,” katanya.
Ada faktor lain juga: Kelompok bersenjata yang jauh dari perhatian dunia kini telah berkumpul kembali menjadi kekuatan yang tangguh setelah mengalami kemunduran di Suriah dan Iran.