Teror Mematikan di Moskow dan Alasan ISIS Menargetkan Rusia

Sabtu 23 Mar 2024, 21:56 WIB
Crocus City Hall di Moskow, Rusia sebagai tempat penembakan massal oleh milisi ISIS pada Jumat, 22 Maret 2024 waktu setempat. (Tangkapan Layar X/@iam_bakshi)

Crocus City Hall di Moskow, Rusia sebagai tempat penembakan massal oleh milisi ISIS pada Jumat, 22 Maret 2024 waktu setempat. (Tangkapan Layar X/@iam_bakshi)

Aslan menyebut tak menutup kemungkinan milisi ISIS-K ini akan menyerang ibu kota lain negara-negara yang dianggap musuh. Sebelum Moskow, kelompok radikal ini juga sempat melakukan serangan teror di Iran. 

Pada 2018, keanggotaan ISIS-K di Afghanistan disebut-sebut telah menurun. Namun tetap saja para pejuang kelompok radikal ini menjadi ancaman besar terhadap otoritas Taliban di Afghanistan pada saat itu. 

Serangan-Serangan Sebelumnya

Tahun 2021, pejuang ISIS-K mengklaim telah bertanggung jawab atas serangan di luar Bandara Kabul. Insiden tersebut menewaskan 175 warga sipil, 13 tentara AS, dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka. 

Sebelumnya, mereka juga pernah melancarkan aksi di sebuah rumah sakit di Kabul, tepatnya pada Mei 2020 dan menewaskan 24 orang, termasuk perempuan dan bayi. 

Di tahun yang sama pada bulan November, mereka juga melakukan serangan di Universitas Kabul. Menewaskan 22 guru dan mahasiswa. 

September 2022, ISIS-K juga melakukan bom bunuh diri di kedutaan Rusia di Kabul. 

Tahun lalu, Iran juga mengklaim jika ISIS-K bertanggung jawab atas dua serangan terpisah yang terjadi di sebuah kuil di Shiraz selatan yang bebrnama Shah Cheragh. 

Dalam serangan tersebut, total 14 orang tews dan lebih dari 40 oroang mengalami luka-luka. 

AS mengklaim bahwa mereka menyadap komunikasi yang mengkonfirmasi bahwa kelompok tersebut sedang bersiap untuk melakukan serangan sebelum bom bunuh diri terkoordinasi di Iran pada bulan Januari tahun ini. 
Serangan itu menewaskan hampir 100 orang di kota Kerman di Iran tenggara. ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas serangan Kerman.

Motif ISIS Menyerang Rusia

Analis pertahanan dan keamanan mengatakan kelompok tersebut telah menargetkan propagandanya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa tahun terakhir atas dugaan penindasan terhadap Muslim oleh Rusia.

Berita Terkait
News Update