Satu Keluarga Tewas Loncat dari Apartemen di Jakarta Utara, Dikenal Bersikap Tertutup

Selasa 19 Mar 2024, 11:11 WIB
Terjun dari apartemen. Ilustrasi

Terjun dari apartemen. Ilustrasi

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Polisi masih terus melakukan penyelidikan terhadap satu keluarga tewas usai lompat dari lantai 22 apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara, pada Sabtu, 9 Maret 2024, lalu. 

Hingga saat ini, motifnya pun masih didalami.

Keempat korban merupakan satu keluarga yaitu pria EA (50), perempuan AEL (52), remaja laki-laki JWA (13), dan remaja wanita JL (16), dengan kondisi terikat tali pada bagian lengan satu sama lainnya.

Menurut Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, sampai saat ini masih didalami, apakan ada unsur tindak pidana atas peristiwa tewasnya sekeluarga tersebut.

"Masih terus kita selidiki dan dalami. Apakah ada orang lain di TKP saat korban jatuh nanti kita menunggu jawaban dari ahlinya tim Laboratorium Forensik," kata Gidion kepada wartawan usai dikonfirmasi, Selasa, 19 Maret 2024..

Menurut Gidion untuk memastikan dugaan tersebut, hanya dapat dijawab dengan menggunakan scientific investigation.

"Kita juga menunggu hasil pemeriksaan dari labfor tentang DNA," jelas Gidion.

Selain itu, Gidion bakal melakukan pemeriksaan DNA pada tali karmantel yang digunakan untuk mengikat lengan korban satu dengan lainnya.

"Kita periksa DNA yang di tali ditemukan di TKP masih ada satu melekat pada korban dan satunya terlepas dari korban," tuturnya.

Tujuan pemeriksaan DNA tersebut, lanjut Gidion, untuk mencari tahu apakah ada orang lain selain keempat korban di tkp, sebelum sekeluarga itu terjatuh dari lantai 22 apartemen.

"Itu yang kita lakukan pemeriksa intinya itu. Untuk apa, untuk membuktikan apakah ada tipe atau jenis DNA lain yang ada di tali itu, itu untuk memastikan karena kita imajinasikanlah ya kita itu tali atau namanya tali karmantel merupakan perlengkapan terakhir gitu ya untuk peristiwa itu terjadi," pungkasnya.

Sementara itu Gidion mengungkapkan, tim juga menemui kesulitan dalam mencari barang bukti, jejak digital.

"Handphone korban kondisi sudah pecah, dan sudah rusak berat tidak dapat bisa diekstrak," tambah Gidion.

Ia menyebut, sebelum tewas, hanya ada beberapa komunikasi yang dilakukannya. Mereka pun sering berganti-ganti nomor.

"Hanya beberapa komunikasi dan dia menggunakan nomor yang berganti-ganti," tuturnya.

Pun dengan jejak digital keluarga korban di akun media sosial, juga tidak ada.

"Sangat sulit, karena tidak ada jejak digital yang dapat kita dalami," katanya.

Dari keterangan saksi yang dimintai keterangan, Gidion menyebut, para korban sudah 2 tahun tidak berkomunikasi dengan keluarga besarnya.

"Sudah tidak ada komunikasi. Sekitar 2 tahun tidak ada komunikasi dengan keluarganya," tuturnya.

Bahkan, Gidion menyebutkan bahwa para korban memiliki sikap tertutup terhadap keluarga besarnya.

"Ada ketertutupan atau bisa dikatakan introvert ya antara keluarga yang empat ini dengan keluarga besarnya," jelasnya.

Korban Sempat Sembahyang

Menurut Kasat Reskrim Jakarta Utara, AKBP Hady Siagian mengatakan, untuk korban si istri, sebelumnya sempat sembahyang di kelenteng baru setelahnya melompat dari apartemen tersebut.

"Si istri ini sempat berdoa dulu dengan sembahyang. Dan bapak sama kedua anaknya tunggu di kursi," ucap Hady. (Angga)

News Update